Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) periode 1-12 Februari 2012 lalu mengungkapkan jika pemilu dilaksanakan saat survei berlangsung, keterpilihan Prabowo Subianto menempati rangking kedua setelah Megawati Soekarnoputri (22,2 persen) yakni 16,8 persen dengan pertanyaan terbuka terhadap 10 nama. Adapun Aburizal Bakrie, LSI mengungkap hanya mengantongi dukungan 10,8 persen.
LSI menyebutkan jika pemilu dilaksanakan saat survei berlangsung, akan terjadi dua putaran yakni antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Saat putaran kedua, LSI menyebutkan besar kemungkinan kemenangan akan jatuh di tangan Prabowo Subianto.
Survei sebelumnya, terkait keterpilihan partai politik, LSI mengungkapkan jika pemilu dilakukan saat survei berlangsung maka Partai Golkar akan meraih 15,5 persen, Partai Demokrat 13,7 persen, PDI Perjuangan 13,6 persen, dan Partai Gerindra 4,9 persen.
Hasil ini melengkapi survei sebelumnya seperti yang dirilis The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang mengungkapkan elektabilitas Prabowo Subianto di atas Aburizal Bakrie. Sama dengan survei LSI, Megawati menempati rangking pertama dengan meraih dukungan 10 persen, Prabowo Subianto 6,7 persen, Jusuf Kalla 5,6 persen menyusul Aburizal Bakrie 5,2 persen. Survei CSIS melibatkan 2.117 responden.
Anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI Martin Hutabarat menyebutkan jika Partai Golkar dan Partai Gerindra berkoalisi dalam Pemilu 2014 mendatang diprediksikan akan memenangi pemilihan. Usulan ini merujuk hasil survei yang mengungkapkan elektabilitas Partai Golkar yang naik namun tidak diikuti Aburizal Bakrie. Begitu pula dengan meroketnya Prabowo Subianto namun tidak diikuti Partai Gerindra.
"Golkar selalu di urutan puncak sebagai partai terbesar, namun tokoh yang dicalonkannya sebagai capres, Aburizal Bakrie, elektabilitasnya selalu rendah. Malah masih di bawah mantan Ketua Umumnya, Jusuf Kalla," kata bekas politisi Golkar era Orde Baru ini.
Peneliti senior LSI Burhanuddin Muhtadi mengatakan Pemilu 2014 akan mengulangi tren 2004. Menurut dia, Pemilu 2014 yang tidak diikuti calon incumbent akan menimbulkan ketidakpastian. Nama-nama yang muncul juga nama-nama lama yang pernah ada. "Jika trennya seperti saat ini hingga akhir 2012 saya kira akan muncul orang-orang itu saja. Nama-nama teratas masih belum dominan," katanya di Gedung DPR, Jakarta.
Popularitas SBY Kian Tergerus
Popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus menurun sejak kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games di Jakabaring, Palembang, mencuat. Namun SBY tetap mendapatkan respon positif dari masyarakat.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat, Presiden SBY masih mendapatkan dukungan sebesar 12,6 persen jika Pemilihan Presiden (Pilpres) digelar hari ini.
Dalam pemaparan hasil survei mengenai 'Mencari Calon Presiden 2014' di kantor LSI, Menteng, Jakarta Pusat, peneliti LSI Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan, dari 24 nama yang dimasukkan dalam survei hanya 7 nama yang mendapatkan dukungan terbanyak. Nama-nama tersebut adalah SBY 12,6 persen, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri 6,2 persen, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di urutan ketiga dengan dukungan 5,2 persen.
Berikutnya, mantan Wakil Presiden yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla 2,7 persen, Aburizal Bakrie 2 persen, Surya Paloh 1,9 persen dan Wakil Presiden Boediono dengan dukungan 1,1 persen.
Burhanuddin juga mengungkapkan adanya dukungan terhadap 6 nama lain yang dimasukkan dalam survei. Namun nama mereka prosesentasenya sangat kecil sehingga tidak dimasukkan dalam tabel. "61,6 persen responden menyatakan belum menentukan pilihan," terangnya.
Dukungan masyarakat tersebut berbeda jika responden disodorkan 18 nama capres. Karena untuk kategori ini Megawati mendapatkan suara cukup jauh dari pesaingnya. Survei dengan 18 nama ini berturut-turut yang masuk dalam 5 besar, Megawati 17,6 persen, Prabowo 12,8, Jusuf Kalla 9,7 persen, Aburizal Bakrie 7,2 persen dan Sri Sultan Hamengkubuwono 6,3 persen.
Sementara jika 10 nama yang disodorkan, berturut-turut Megawati 22,2 persen, Prabowo 16,8 persen, Aburizal Bakrie 10,9 persen dan Hatta Rajasa 5,4 persen. [inilah]