Mantan Rektor Undip tersebut menjelaskan, langkah pengurangan kalori juga bisa dilakukan dengan mengatur pola makan, misalnya, banyak yang melakukannnya dengan hanya mengonsumsi lauk tradisional, seperti tempe dan tahu.
Menurut dia, berbagai kearifan lokal masyarakat juga mengajarkan untuk mengatur pola makan, seperti pepatah masyarakat Okinawa Jepang berbunyi “Hara Hachi Bu” yang menginstruksikan makan jangan melebihi 80 persen kapasitas perut.
“Dalam Islam, ada hadist Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan untuk berhenti makan sebelum kenyang. Sama juga dengan falsafah Jawa berbunyi ’Yen wis yuswo: Ayo podo turu longan, nggo ibadah. Ojo lali ugo mangan longan’,” katanya.
Ia menjelaskan, falsafah Jawa tersebut mengajarkan bahwa saat menginjak usia tua untuk mengurangi tidur dan lebih banyak menggunakan waktunya untuk beribadah, serta tidak lupa untuk mengurangi makan tak seperti di kala muda.
Agar Ibu Menyusui Tetap Fit Berpuasa
KEMAMPUAN seorang ibu untuk berpuasa pada masa-masa menyusui berkaitan erat dengan kondisi kesehatannya yang pasti tak lepas dari pola hidup dan pola makan.
Asupan gizi pada ibu menyusui harus memadai untuk menyuplai laktasi yang dibutuhkan bayi. "Asupan makanan selama berpuasa ini bisa dibuat sama dengan saat tidak berpuasa," kata
Maya Midiyatie Afridha, ahli gizi di Banjarmasin.
Perbedaan paling signifikan pada Ramadan hanya masalah waktu makan. Ibu yang biasanya makan pagi, siang, dan malam harus mengubah jam makan pada waktu sahur dan berbuka.
Oleh sebab itu, dua waktu makan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan memaksimalkan asupan gizi pada dua waktu makan tersebut.
Sebenarnya saat berpuasa, ASI yang dihasilkan ibu menyusui tidak akan berubah dan berkurang kualitasnya karena saat berpuasa tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi.
Produksi ASI akan diambil dari zat gizi, yaitu energi, lemak, protein, vitamin dan mineral dari tubuh sang ibu. Penggantian zat-zat tersebut akan terjadi pada saat berbuka sehingga ibu menyusui akan tetap sehat.
Dengan perubahan jadwal makan, bukan berarti asupan makanan yang dikonsumsipun ikut berubah. Ibu menyusui harus tetap makan tiga kali sehari, saat sahur, berbuka dan setelah tarawih dan secara disiplin mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang, yaitu dengan komposisi 60 persen karbohidrat, 15-20 persen protein dan 20- 25 persen lemak.
Hal ini dilakukan untuk mempertahankan cadangan ASI dalam tubuh. Makanan dengan komposisi gizi berimbang, karbohidrat (nasi, roti, kentang), protein (ikan, telur, tempe, tahu), vitamin-mineral (sayur dan buah) dan lemak (daging sapi, daging ayam, susu) juga harus menjadi perhatian.
Ibu yang menyusui memang membutuhkan tambahan sekitar 700 kalori perhari, 500 kalori diambil dari makanan ibu dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh ibu.
Oleh karena itu, penting bagi ibu menyusui yang sedang berpuasa untuk tetap mempertahankan pola makan 3x sehari dengan menu gizi seimbang. Pada saat sahur, ketika berbuka puasa dan menjelang tidur sesudah Salat Tarawih.
Komposisi makanan dengan gizi berimbang akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk anak.
Tambahan sekitar 300-500 kalori setiap hari dapat diperoleh dengan cara minum teh manis atau mengonsumsi makanan pembuka yang manis seperti semangkuk kolak pisang atau segelas es cendol yang bernilai 280-300 kalori. (*)
sumber: Tribunnews