Padahal kejadiannya tidak seperti itu karena sesunggunya pemerintah mengambil minyak bumi milik rakyat negeri ini secara gratis. Jadi, harga minyak sebenarnya = (0$/barrel + 10$/barel x Rp. 9000/1$) : 159 lt/barel = Rp 566 / liter. Dari sini jelaslah bahwa sesungguhnya rakyat Indonesia yang sudah mensubsidi pemerintah Rp 4.500 -Rp 566 = Rp 3.936/liter. Sedangkan pemerintah tidak pernah memberikan subsidi!
Menyengsarakan Rakyat
Kenaikan/penghapusan subsidi BBM dapat dipastikan akan memicu kenaikkan harga kebutuhan pokok dan biaya hidup rakyat. Penduduk miskin sebesar 60% penduduk Indonesia (menurut versi Bank Dunia) dan pengangguran sebesar 36% angkatan kerja, dapat dipastikan akan semakin bertambah persentasenya dan rakyat semakin berat beban hidupnya. Sudah miskin semakin miskin!
Tidak Adil
Berdasarkan Data Pokok APBN 2005-2011 Kemenkeu RI, didapat bahwa pemerintah mengeluarkan dana APBN untuk pembayaran cicilan bunga utang dan pokoknya sebesar 240,1 triliun yang cenderung terus menaik dari tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan subsidi energi (BBM) hanya sebesar 133,8 triliun. Sehingga yang membebani APBN adalah pembayaran utang dan bunga utang luar negeri kepada segelintir orang saja, bukan subsidi yang dinikmati oleh 230 juta rakyat Indonesia. Jelas ini sebuah ketidakadilan! Pemerintah lebih berpihak kepada segelintir orang dan para renternir asing seperti IMF, World Bank, ADB, dsb. ketimbang berpihak pada rakyat.
Bohong
Tuduhan pemerintah kalau BBM murah akan menjadikan masyarakat boros menggunakan BBM adalah bohong. Sebab, konsumsi BBM Indonesia cukup rendah, berada di urutan ke-116 di bawah negara Afrika seperti Botswana dan Namibia.
Pemerintah mengatakan bahwa harga BBM di Indonesia murah karenanya harus dinaikkan. Di Jepang, Amerika, Cina dan Malaysia memang harga BBM lebih tinggi dari pada di Indonesia, tapi ingat, pendapatan mereka pun jauh lebih tinggi dari pada rakyat Indonesia.
Namun pada faktanya BBM di Indonesia (premium, Rp 4.500/liter) lebih mahal dari pada Venzuela Rp 460/liter, Turkmenistan Rp 736/liter, Iran Rp 828/liter, Nigeria Rp 920/liter, Saudi Arabia Rp 1.104/liter, Kuwait Rp 1.932/liter, dan Mesir Rp 2.300/liter. Jadi bila pemerintah mengatakan harga BBM di Indonesia murah adalah DUSTA!
Energi Indonesia Untuk Asing, Bukan Untuk Rakyat
Indonesia ekspor 70% Batubara ke luar negeri. Indonesia pengekspor LNG terbesar di dunia. Indonesia ekspor 500.000 barrel per hari minyak. Tapi, di dalam negeri listrik sering padam, rakyat antri gas, dan bensin pun harganya terus meningkat. Sebab, Pertamina hanya memproduksi 13,8% sementara sisa minyak di Indonesia dikelola asing. Chevron (44%), Total E&P (10%), Conoco Phillip (8%), Medco (6%) , CNOOC (4%), Petrochina (3%), dll (Sumber : Dirjen Migas 2009). Harganya pun harus harga Internasional!
Tidak Salah Sasaran
Subsidi hanya dinikmati orang kaya? Tidak!
a. Orang kaya di Indonesia yang memiliki mobil mewah kurang dari 5%. Faktanya yang banyak menggunakan BBM adalah supir bis, metromini, mikrolet, supir truk, para nelayan, dan pengendara motor yang memang memaksakan diri membeli /menyicil motor untuk mengirit.
b. Penumpang angkot (bukan orang kaya) jika BBM naik pasti menderita karena tarif angkot naik.
c. Di Indonesia dengan sistem pajak yang dzalim sebenarnya orang kaya juga berhak mengkonsumsi BBM subsidi karena mereka juga membayar pajak dengan jumlah yang cukup tinggi.
Pengalihan Subsidi?
Katanya, subsidi harus dialihkan dalam bentuk subsidi langsung seperti pendidikan, kesehatan dan pencarian sumber energi alternatif? Faktanya, pendidikan dan kesehatan tetap mahal, orang miskin dilarang sakit! Pencarian sumber energi alternatif hanya omongan. Yang sudah pasti harga BBM naik lagi! Beban rakyat bertambah lagi! Rakyat pun semakin tertindas.
Penjajahan Gaya Baru
Pengahapusan subsidi BBM adalah bagian dari agenda Konsesus Washington untuk meliberalkan perekonomian Indonesia. Kenaikan BBM adalah proses sitematis untuk menggiring rakyat menuju Neokolonialisme (penjajahan gaya baru) melalui leberalisasi BBM dengan mehilangkan proteksi dan subsidi oleh pemerintah.
Dengan begitu BBM akan dikuasai perusahaan asing mulai dari hulu (eksplorasi minyak) sampai hilir (pom bensin/SPBU)! Kenaikan harga BBM hanya menguntungkan mafia BBM asing dan anteknya, yang jelas asing untung, rakyat buntung! (*)