Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara perihal konflik berkepanjangan yang terjadi di internal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

SBY mengimbau agar PSSI mendengar suara rakyat. Keributan yang terus melanda PSSI sebenarnya melukai hati rakyat. Semangat yang begitu tinggi terhadap tim nasional jangan dihadiahi dengan perselisihan.

"Jangan sibuk berantem. Masak tidak ada habis-habisnya. Carikan solusinya dengan baik," kata SBY dalam jumpa pers di Istana, Jakarta, Senin (5/3/2012).

Lebih dari separuh anggota PSSI menolak keputusan Djohar yang tidak mengakui Indonesia Super League (ISL), kompetisi sepak bola yang sudah bergulir selama empat tahun terakhir dan sudah cukup mapan dalam struktur dan penjenjangan.

Djohar kemudian menunjuk Indonesia Premier League (IPL), kompetisi sepak bola tandingan di jaman ISL.

Imbas dualisme kompetisi ini kemudian sampai pada tim nasional (timnas). Karena hanya IPL yang dianggap sah, maka pemain timnas hanya boleh diambil dari IPL. Sangat disayangkan, padahal mayoritas pemain-pemain langganan timnas seperti Cristian Gonzales, Firman Utina, Ahmad Bustomi dan yang lain justru berlaga di ISL. Begitupula sejumlah talenta-talenta baru seperti Titus Bonai, Egi Melgiansyah, Zulham Zamrun.

Penurunan kualitas timnas pun terlihat jelas. Di Stadion Nasional Bahrain, Indonesia digilas 0-10 oleh tuan rumah dalam laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2014, Rabu (29/2/2012) malam. Kekalahan ini merupakan rekor sepanjang sejarah. Lebih buruk daripada tragedi 3 September 1974, dimana Indonesia kalah 0-9 dari Denmark di Kopenhagen.


Inilah Jawaban PSSI atas Pernyataan SBY

Ketua umum PSSI Djohar Arifin Husin menanggapi pernyataan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Kekalahan 10-0 dari Bahrain pekan lalu merupakan kekalahan terbesar yang pernah dialami timnas Indonesia sejak terbentuknya PSSI, 19 April 1930 silam. Keprihatinan juga diungkapkan Presiden.

Menurut Presiden, kekalahan ini tak lepas dari konflik di kepengurusan PSSI pusat, yang merambat hingga ke level paling bawah. Kompetisi pun ikut terbelah.

Orang nomor satu di republik inipun meminta PSSI berhenti mencari siapa yang salah dan siapa yang menang, dan mulai mencari solusi damai seperti yang diinginkan rakyat Indonesia.

"Imbauan Presiden sangat bagus dan perlu ditegaskan tidak ada dualisme kepengurusan. Federasi yang resmi adalah kita. Maka, mari kita duduk bersama-sama," ujar Djohar dalam jumpa pers di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Senin (5/3/12),

"(Imbauan Presiden) itu bagus untuk mempercepat proses bersatunya kita," tegas ketua umum.

Akibat dualisme kompetisi, antara Liga Primer Indonesia (IPL), yang diakui PSSI, dan Liga Super Indonesia (ISL), liga lama yang kini dianggap ilegal oleh PSSI, badan sepak bola nasional itu hanya bisa memilih pemain timnas dari IPL. Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Andi Mallarangeng, menyayangkan adanya diskriminasi ini.

"Tadi kan sudah dikatakan tidak ada diskriminasi, ini bukan PSSI yang melarang, tetapi FIFA melalui suratnya yang melarang. Pemain ISL tertutup membela timnas. Kita menyadari itu, jadi kita ajak mereka bersatu, kembali ke rumah (PSSI). Kembali ke rumah dan sama-sama kita bangun rumah kita," tandasnya. (inilah )

Selasa, 06 Maret 2012

SBY: PSSI Harus Segera Temukan Solusi Damai
Presiden SBY dan Menpora Andi Mallarangeng saat menonton laga timnas (Biro Pers Istana Presiden)

      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :