Didampingi sejumlah pengurus DPD PDIP Jatim lainnya serta Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana, Bambang menerangkan kronologis aksi keprihatinan kader dan simpatisan PDIP se- Jatim.
Aksi itu dipicu dengan keresahan yang dialami DPC kabupaten/kota, khususnya yang akan punya gawe pemilihan kepala daerah terhadap kinerja pengurus DPD PDIP Jatim yang dipimpin Sirmadji.
Beberapa kasus yang membuat khawatir para kader di daerah seperti Pilkada Tulungagung. DPD PDIP Jatim justru merekomendasikan Isman. Sahri Mulyo kader PDIP yang justru dipecat. Dan kenyataannya, Sahri Mulyo lah yang menang.
"Sebelum Pilkada Tulungagung, sudah banyak masukan dari DPC untuk merekom Sahri Mulyo, karena elektabilitasnya tinggi. Tapi DPD malah mengusulkan Isman," terangnya, sambil menambahkan, kekalahan Isman di Pilkada Tulungagung sudah diprediksi jauh hari.
"Ini bukti akumulasi kekhawatiran kader di daerah. Dan tidak hanya di Tulungagung saja, tapi juga beberapa daerah lainnya seperti di Bojonegoro," paparnya.
Bambang yang juga Wakil Walikota Surabaya mengakui, bahwa dirinya merupakan salah satu dari bagian kader yang menolak Sirmadji, Sekretaris Kusnadi dan Wakil Ketua Suhandoyo.
Bambang menegaskan, dirinya turut aksi ini, bukan untuk meraih posisi jabatan, tapi ingin mengembangkan misi partai.
"Saya siap di barisan ini. Ibaratnya rumah besar ini ada kotoronnya, ya kita harus bersihkan. Misalnya dipel atau divacum cleaner," terangnya.
Bambang menambahkan, aksi keprihatinan dan menuntut Sirmadji Cs mundur dari jabatannya ini sudah disampaikan ke DPP PDIP Tapi tidak ada respon. Malah mengirimkan fax ke seluruh DPC untuk tidak melakukan aksi ke kantor DPD PDIP Jatim.
"Survei PDIP saat ini sudah bagus. Kalau tidak ingin survei PDIP yang sudah bagus ini menurun, ya harusnya diredam dan memenuhi tuntutan DPC se Jatim ini. Masak partai nggandoli 3 orang ini," tegasnya.
Selain memberitahukan ke DPP dan tidak ada respon, rencana aksi ini juga sudah disampaikan ke Ketua DPD PDIP Jatim Sirmadji, supaya dapat menemui massa aksi.
"Mosok sebagai bapak takut menghadapi anaknya yang ingin mengadu. Kalau tidak mau datang, kita akan cari sampai ketemu, kita akan jemput," jelasnya.
sebelumnya, Menjelang Pemilihan Gubernur Jawa Timur, PDI Perjuangan (PDIP) bergolak.Ratusan kader dan simpatisan dari berbagai daerah di Jawa Timur mengepung kantor DPD PDI Perjuangan di Kendangsari, Surabaya, Kamis (7/2/2013) siang. Mereka menuntut Ketua PDIP Jatim Sirmadji mundur.
Aksi itu sempat ricuh. Saat kader partai bergambang banteng moncong putih itu akan meletakkan karangan bunga sebagai simbol duka cita bagi Sirmadji dan dua pengurus lain yaitu Sekretaris Kusnadi dan Wakil Ketua Bidang Politik Suhandoyo di dalam kantor namun dihadang satgas partai.
Adu mulut pun tak terelakkan lagi, bahkan sempat terjadi adu dorong. Aparat kepolisian yang berjaga juga langsung membackup satgas untuk membendung massa yang merengsek masuk. Sedangkan massa yang terlihat emosi, berusaha menenangkan massa.
Massa juga membawa poster berbunyi kecaman. Diantarannya "Harga diri partai paling utama, Selamatkan dari Tangan-tangan Sirkus", ""Turunkan Sirmadji, Kusnadi dan Suhandoyo".
Di dalam karangan bunga yang dibawa massa tertuliskan: "Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Sirmadji, Kusnadi dan Suhandoyo (Sirkus)". Massa yang gagal masuk kantor partai pun emosional. Mereka berteriak-teriak mengecam Sirmadji Cs yang dianggapnya telah menghianati partai.
Bahkan ada kader yang meriakkan agar ketiga orang tersebut dibakar. "Bakar, bakar. Tapi jangan bakar kantornya, bakar tiga orang itu," teriak seorang pengunjukrasa.
Aksi itu diduga dipicu kekecewaan kader PDIP terhadap sepak terjang Simardji Cs yang gagal memenangkan kader PDIP dalam sejumlah pemilihan kepala daerah.
"DPD loyo, kita harus bergerak. Sirmadji tidak membesarkan partai, tapi malah menjual partai," kata seorang kader dalam orasinya. (detikSurabaya)