Petrus mengatakan, letusan disertai bunyi dentuman dan suara gemuruh terdengar dari pos pengamatan di pantai utara NTT, dengan jarak 17 kilmeter arah selatan Gunung Rokatenda.
Letusan juga memperlihatkan semburan lava pijar. Menurut Petrus, semburan debu cukup tinggi, mencapai 300-4.000 meter di atas permukaan laut, sehingga menyebar ke sebagian besar wilayah Pulau Flores.
Semburan abu vulkanik bisa berdampak pada serangan penyakit pernapasan, terutama pada anak-anak. Untuk sementara, penduduk sekitar diimbau tidak ke luar rumah. Jika berada di luar rumah, maka anak-anak dan warga diharuskan mengenakan masker, untuk menghindari serangan penyakit sesak napas.
3.000 Masker Disebar ke Tiga Kecamatan Terparah Kena Abu Vulkanik
Bantuan masker dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nagekeo, baru diturunkan, Minggu (3/2/2013) sore ke tiga kecamatan terparah, yaitu Wolowae, Nangaroro dan Keo Tengah, masing-masing 1.000 unit.
Di Kaburea, Kecamatan Wolowae, abu vulkanik menutup seluruh rumah penduduk, tanaman pangan, dan sawah garam di wilayah itu.
Marsel Lemara, anggota DPRD Kabupaten Nagekeo asal Wolowae yang menghubungi Pos Kupang (Tribunnews.com Network) Minggu pagi mengatakan, hujan debu vulkanik Gunung Rokatenda telah mengganggu jarak pandang dan aktivitas masyarakat.
Menurutnya, yang paling dibutuhkan masyarakat saat ini hanya masker. Kepala BPBD Kabupaten Nagekeo Sirilus Loi melalui pesan singkat menuturkan, timnya sudah berada di tiga kecamatan yang dilanda debu vulkanik Gunung Rokatenda.
Tim tersebut membawa 1.000 masker untuk setiap kecamatan. Sehingga, untuk tiga kecamatan total ada 3.000 masker.
Debu Tebal Gunung Rokatenda Tutupi Langit-langit Rumah
Maria Fasih, warga Desa Nangapenda, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Ende, mengaku tidak bisa melihat langit-langit rumahnya, karena ditutupi debu sejak pagi.
Atap rumahnya saat ini ditutupi debu yang turun terus-menerus sejak Sabtu (2/2/2013) malam hingga Minggu (3/2/2013) siang, dan belum ada tanda-tanda berhenti.
Status Gunung Api Rokatenda dinaikkan dari normal ke Waspada (level II) sejak 9 Januari 2012 pukul 21.00 WITA.
Pada 13 Oktober 2012 pukul 17.00 WITA, status Gunung Api Rokatenda dinaikkan menjadi Siaga (level III). Gunung Api Rokatenda sempat meletus pada 8 Oktober 2012 pukul 19.46 WITA.
Letusan gunung disertai suara dentuman dan sinar api, serta lontaran material pijar yang menyebabkan kebakaran semak belukar di sekitar kawah.
Gunung Rokatenda yang juga disebut Gunung Paluweh, merupakan sebuah gunung berapi di Pulau Palue, sebelah utara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Gunung bertipe strato, merupakan lokasi tertinggi di Pulau Palue dengan ketinggian 875 meter. Gunung ini secara geografis terletak di koordinat 121 42' bujur timur, dan 8 19' lintang selatan.
Letusan terhebat pernah terjadi pada 4 Agustus-25 September 1928. Penduduk Palue saat itu sebanyak 266 jiwa. Letusan terakhir terjadi pada 23 Maret 1985, dengan embusan abu mencapai 2 kilometer, dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Setelah 20 tahun 'tidur', Rokatenda kembali menunjukkan aktivitasnya pada 16 Januari 2005. (tribunnews)