Persoalan ini sampai membuat SBY menggelar konferensi pers dari Arab Saudi. Kamis (7/2/2013) malam, SBY yang baru pulang dari umrah pada pagi harinya mengumpulkan menteri dan tokoh senior partai di kediaman pribadi. Sebaliknya, pada saat bersamaan Anas mengumpulkan pengurus-pengurus daerah di rumahnya.
"Saya yakin Pak Syarif Hasan dan Pak Jero Wacik waktu konferensi pers Minggu (3/2/2013) pasti sudah kontak dengan SBY, dan pasti dapat lampu hijau," ujar pengamat politik Tjipta Lesmana, Kamis (7/2/2013). Kalau tidak demikian, menurut dia, kedua tokoh Partai Demokrat itu tak akan berani bertindak seperti pada malam tersebut.
Menurut Tjipta, pernyataan Jero merupakan keinginan SBY berdasarkan desakan kader Demokrat, yaitu untuk melengserkan Anas demi menyelamatkan partai ini. "Ini mau 2014, makin dekat. Kalau enggak, maka berantakan Demokrat. Tidak ada cara lain selain KLB (kongres luar biasa)," tuturnya.
Tjipta pun melihat SBY saat ini tengah mendapat tekanan dari para fungsionaris senior partai yang cemas akan nasib Demokrat. "Demi kepentingan partai, SBY ngalah terhadap tekanan para senior itu, atau Anas mundur," kata dia.
Di sisi lain, Tjipta yakin Anas tidak akan mundur. Pasalnya, Anas memiliki dukungan cukup kuat di Dewan Pimpinan Daerah (DPD). "Sekarang tinggal kalkulasi hitungan, Anas kuat di DPD, kuat di HMI, tapi ini kepentingan Demokrat. Apakah SBY dan pendiri Demokrat rela hancur?" ucapnya.
Ia berpendapat, jika SBY berniat menurunkan Anas, upaya ini akan berhasil. Dia memperkirakan magnet SBY lebih kuat dibandingkan Anas. "Seperti Nasdem, nanti ada DPD yang ramai-ramai berbelok. Sekarang ini Anas juga berani, dengan sebut kinerja pemerintah penyebab turunnya suara Demokrat," imbuhnya.
'Politik Para Sengkuni' Tanda Perlawanan Anas
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum beberapa waktu lalu menuliskan 'Politik Para Sengkuni' dalam status BlackBerry Messenger (BBM) miliknya. Statusnya ini menimbulkan banyak spekulasi di tengah ramainya wacana soal pelengseran dirinya dari kursi Demokrat 1 pasca-merosotnya elektabilitas partai.
Pakar komunikasi politik Effendi Gazali menilai, status itu menyiratkan sebagai bentuk perlawanan Anas.
"Saya bukan ahli Jawa. Tapi, sekilas saya baca, itu simbol dari perlawanan. Saya bukan ahli Mahabrata, tapi saya rasa itu dia pakai sebagai simbol perlawanan. Cuma perlawanan saja," ujar Effendi kepada sejumlah wartawan di Mahkamah Konstitusi (MK), Rabu (6/2/2013).
Anas sendiri mengelak saat ditanya soal maksud statusnya tersebut. Menurut Effendi, penulisan status itu menunjukkan kelihaian Anas dalam berpolitik. Setelah menunjukkan perlawanan, Anas menarik kembali perlawanannya, tetapi sudah menegaskan kalau dia tidak akan tinggal diam.
"Memang harus begitu politik. Tunjukkan simbol perlawanan, lalu ditarik. Itu menunjukkan, Anas seorang ahli strategi dalam politik. Tunjukkan sesaat, lalu tarik untuk menunjukkan 'Saya lawan kalau Anda begitu'. Rasanya Anas juga kuat," kata Effendi.
Siapa Sengkuni?
Sengkuni adalah salah satu karakter terkenal dalam wayang dengan lakon Mahabarata. Dia adalah patih di Astina, sebuah negara yang diperintah oleh Kurawa. Karakter fisik Sengkuni digambarkan berbadan kurus dengan muka tirus dan cara bicara yang lemah, tetapi menjengkelkan.
Sengkuni juga digambarkan memiliki watak yang licik, senang menipu, menghasut, memfitnah, dan munafik. Gambaran tentang Sengkuni adalah gambaran tentang orang yang ingin orang lain celaka.
Sebagai patih, dia dikenal "ngemong" bagi para Kurawa. Anas sendiri, ketika dikonfirmasi terkait statusnya, mengatakan, ia baru belajar cerita Mahabarata. Cerita legendaris dari India itu memuat perang saudara antara Kurawa dan Pandawa yang penuh intrik politik, salah satunya keterlibatan Sengkuni. Anas sendiri mengakui baru mengetahui sedikit cerita soal Sengkuni.
"Kalau saya sudah selesai baca, nanti Anda saya kasih tahu tentang Sengkuni itu siapa," kata Anas.
sumber: kompas.com