Ketua Komisi D Baktiono, yang selama ini gembar-gembor tentang gagasan itu menolak jika rancangan yang dirintisnya dikatakan sebagai pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM).
"Itu baru berdasarkan inisiatif dan gagasan atau usulan yang saya lontarkan 2011," kata Baktiono, Kamis (16/1/2013).
Politisi PDIP ini mengungkapkan gagasan yang diusulkan bertujuan agar orang Surabaya nantinya mudah dikenali dari nama yang mempunyai identitas kota.
"Tapi bebas terserah dari orangtua memberikan nama anaknya siapa asal ada identitas wilayah atau nama tokoh maupun pejuang Surabaya didalamnya sehingga mudah dikenali kalau itu orang Surabaya," ungkap Baktiono.
Pria berkacamata yang saat ini menjabat sebagai bendahara PDIP Surabaya ini mengatakan jika gagasannya tidak memandang kasta serta status sosial.
"Kan tidak memandang sosial dan kasta, tak ada diskriminasi. Yang penting poinnya agar budaya bangsa bisa teridentifikasi termasuk budaya daerah, karena di Surabaya tidak ada marga yang ada kasta contoh raden mas, raden ajeng semua itu gelar kasta. Misalnya, nama tokoh atau pejuang yang berasal dari Surabaya yang bisa dimasukkan ke dalam nama anak," ujarnya.
Ditanya lebih lanjut, apakah tetap akan melanjutkan gagasannya agar bisa naik menjadi Raperda? Baktiono mengaku pasrah dan tergantung dari anggota dewan lainnya.
Diakuinya jika asimilasi gagasannya dijadikan sebuah Raperda akan sulit. "Kan baru gagasan. Kalau disetujui ya bisa naik. Tapi ini kan bagus sehingga orang Surabaya mempunyai identitas khas seperti Nyoman itu kan nama orang Bali tapi itu kan kasta, kalau gagasan saya kan tidak memandang status sosial maupun kasta," tandasnya.
Nama 3 Anak Baktiono Balik Disorot
Surabaya - Baktiono lah yang mengusulkan pemberian nama anak warga Surabaya harus mampu mencerminkan karakter Kota Pahlawan diatur dalam peraturan daerah. Namun tanpa disadari, nama ketiga anak Ketua Komisi D DPRD Surabaya yang berasal dari Tambaksari ini juga menjadi sorotan.
Politisi PDIP yang beristrikan Sri Sunarti ini memiliki anak bernama Kevin Stefano (laki laki) serta dua anak perempuannya yaitu Holicia Esterano dan Viola legistino.
Saat dikonfirmasi, dia tak mengelak. "Iya itu nama-nama anak saya. Tapi kan belakang semuanya no. Itu ciri Suroboyoan, ikulo anake Baktiono," kilahnya melalui sambungan telepon, Kamis (17/1/2013).
Bukannya nama ketiganya kebarat-baratan? "Ah ndak, itu pakai 'no' semua dibelakangnya. Tapi usulan saya untuk nama anak Surabaya berciri Surabaya memang muncul setelah anak saya lahir," kelitnya lagi.
Politisi PDIP ini mengungkapkan gagasan yang diusulkan bertujuan agar orang Surabaya nantinya mudah dikenali dari nama yang mempunyai identitas kota.
"Tapi bebas terserah dari orangtua memberikan nama anaknya siapa asal ada identitas wilayah atau nama tokoh maupun pejuang Surabaya didalamnya sehingga mudah dikenali kalau itu orang Surabaya," ungkap Baktiono.
Baktiono buru-buru menegaskan bahwa gagasannya itu hanyalah sebuah usulan. "Kalau diterima ya monggo. Inikan gagasan, wacana demi kebaikan warga Surabaya yang tetap memiliki karakter budaya dan kekhasan," katanya. (surabaya.detik)