"Saya bersama dengan Saudara Saiful Haq, Wakil Sekjen Nasdem, dan Ketua Internal DPP Partai Nasdem Endang Tirtana juga sudah menyatakan mundur," ujar Rofiq, Senin (21/1/2013), dalam jumpa pers di Museum Adam Malik, Jalan Diponegoro 29, Jakarta Pusat.
Secara psikologis, lanjutnya, keputusan pengunduran diri ini merupakan keputusan yang sangat berat. "Karena partai ini lahir hingga hari ini menjadi satu-satunya partai yang memukau. Ini berkat kerja kami bersama tim dan provinsi, kabupaten, kota," ujar Rofiq.
Selama 2,5 tahun, diakui Rofiq, ia curahkan tenaga dan waktunya bagi partai yang baru muncul ini. Namun, Rofiq mengakui di tengah jalan ada sebuah perbedaan cara pandangan. "Kami yakini perbedaan ini adalah sebuah potensi. Tapi, perbedaan - perbedaan itu kalau tidak bisa dikelola dengan baik, partai akan terus-menerus menerima dampaknya," imbuh Rofiq.
Sementara itu, Wakil Sekjen Partai Nasdem Saiful Haq mengaku bergabung ke Nasdem karena memiliki kesesuaian visi dan misi pribadi. "Tapi, yang terjadi di internal Nasdem tidak sesuai dengan prinsip-prinsip saya. Atas dasar itu, saya mundur," kata Saiful. Ia pun menyatakan permohonan maafnya karena tidak bisa melanjutkan cita-cita yang dititipkan orang lain kepadanya. "Saya minta kepada seluruh pihak yang dukung saya beraktivitas di Nasdem, saya minta maaf tidak bisa membawa cita-cita yang mereka titipkan kepada kami," imbuhnya.
Hary Tanoe Mundur karena Surya Paloh Ingin Jadi Ketua Umum
Ketua Dewan Pakar Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Hary Tanoesoedibjo mengundurkan diri karena berbeda pendapat dengan pendiri Partai Nasdem, Surya Paloh. Hary tidak setuju dengan keinginan Surya yang ingin menjadi ketua umum Partai Nasdem.
"Mayoritas pengurus dan anggota Partai Nasdem adalah kalangan muda, sekitar 70 persen anak muda. Saya ingin mempertahankan kepengurusan yang ada saat ini yang merupakan orang muda. Namun demikian, Pak Surya Paloh menginginkan ada perubahan dan beliau ingin jadi ketua umum partai," kata Hary dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (21/1/2013).
Hary menegaskan, perbedaan pendapat ini tidak merusak persahabatannya dengan Surya Paloh. "Kami masih bersahabat, tapi secara organisasi, kami ada perbedaan dan pada satu titik saya memutuskan untuk mengundurkan diri," kata dia.
Saya ingin mempertahankan kepengurusan yang ada saat ini yang merupakan orang muda. Namun demikian, Pak Surya Paloh menginginkan ada perubahan dan beliau ingin jadi ketua umum partai.
Sebelum Partai Nasdem berdiri, Surya Paloh yang keluar dari Partai Golkar mendirikan gerakan Nasional Demokrat pada 1 Februari 2010. Gerakan dalam wujud organisasi massa ini dikampanyekan Surya sebagai gerakan restorasi untuk memperbaiki aneka persoalan di Indonesia. Sebagai sebuah ormas, Nasdem menggandeng sejumlah tokoh nasional, di antaranya Sri Sultan Hamengkubuwono X, Anies Baswedan, Ahmad Syafii Maarif, Basuki Tjahaja Purnama, Didik J Rachbini, Budiman Sudjatmiko, dan Khofifah Indar Parawansa.
Setahun berikutnya, pada 26 Juli 2011, berdiri Partai Nasdem. Ketua Umumnya adalah Patrice Rio Capella. Baik Patrice maupun Surya mengatakan partai politik baru tersebut adalah entitas yang berbeda dengan ormas Nasional Demokrat. Meski begitu, Surya diposisikan sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Nasdem. Pada Januari 2013, KPU menetapkan Partai Nasdem lolos verifikasi administrasi dan faktual dan menjadikan partai itu sebagai satu-satunya partai baru yang lolos menjadi peserta Pemilu 2014.
Seiring dengan lolosnya Partai Nasdem, kabar perpecahan Partai Nasdem berembus. Keinginan Surya untuk menjadi ketua umum ditentang kalangan internal, termasuk Hary Tanoesoedibjo. Pengunduran diri Hary akhirnya menegaskan adanya konflik di tubuh Partai Nasdem.
Ruhut Sitompul: Nasdem Layu Sebelum Berkembang
Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengaku menyayangkan pecah kongsi di tubuh Partai Nasdem. Salah satu petinggi Nasdem, yakni Hary Tanoesoedibjo, mengundurkan diri sebagai Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem.
"Belum jadi petarung, tapi layu sebelum berkembang," kata Ruhut di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/1/2013). Ruhut mengatakan, semestinya internal Nasdem bersyukur telah menjadi peserta Pemilu 2014. Nasdem satu-satunya parpol baru yang lolos verifikasi faktual di Komisi Pemilihan Umum. Adapun sembilan peserta pemilu lain merupakan parpol yang sudah berada di DPR.
Dengan pecah kongsi ini, Ruhut menganggap Nasdem bukan lagi parpol yang menjadi ancaman di Pemilu 2014. Pasalnya, anggota Komisi III DPR itu menilai, Nasdem ke depannya bakal sulit berkembang tanpa Hary. (kompas)