"Pemerintah diminta untuk segera menyelesaikan dan mengatasi masalah tersebut karena sangat rawan terjadinya disitegrasi bangsa," kata Lukman Edy.
Dalam catatannya selama tahun 2012, kecenderungan munculnya bibit-bibit disintegrasi bangsa bisa dilihat dari munculnya berbagai konflik atau bentrokan, baik antar suku, antar umat beragama dan antar keyakinan. Tak hanya itu saja, sambung dia, disintegrasi bangsa itu juga terjadi dengan munculnya konflik otonomi daerah.
"Saya melihat, ada keprihatinan karena ada indikasi muncul bibit-bibit diintegrasi bangsa," kata bakal calon gubernur Riau itu.
Selain itu, selama tahun 2012, dirinya tak melihat adanya kemajuan peran negara mengatasi secara konkret terhadap masalah tadi.
"Tahun 2012 juga sirnanya harapan masyarakat terhadap peran negara dalam mengatasi persoalan masyarakat. Masyarakat berharap pemimpin mengambil alih kesusahan masyarakat yang sudah pupus tadi," ujar mantan Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal itu.
Di bidang penegakan hukum, tahun 2012, katanya, merupakan tahun pasang surut semangat anti korupsi. "Semua harus dinilai dari komitmen pemerintah untuk menggerakan pemberantasan korupsi, komitmen rakyat mendesak anti korupsi kurang tegas," ungkap Lukman Edy.
Ia berharap, tahun 2013, apa yang menjadi dambaan masyarakat untuk semua aspek bisa terpenuhi. "Pemerintah diharapkan bisa memberikan semangat baru bagi masyarakat," pungkasnya.
MUI: jangan ada lagi upaya mengubah Pancasila
Majelis Ulama Indonesia Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau menyatakan, Pancasila merupakan ideologi yang dapat menjadi perekat kerukunan umat beragama, karena itu jangan lagi upaya mengubah ideologi tersebut.
"Jangan ada lagi upaya mengubah Pancasila. Ideologi itu sudah tepat dan sesuai dengan kepentingan umat beragama," kata Ketua Ketua I Majelis Ulama Indonesia Kota Tanjungpinag, Imran Effendy Hasibuan, Senin.
Pendapat itu juga disampaikannya saat menjadi narasumber di hadapan ratusan mahasiswa pada acara Seminar deradikalisasi yang digelar oleh Forum Pemberdayaan Pesantren Kepulauan Riau, di Aula Muhammadiyah Tanjungpinang baru-baru ini.
Hasibuan yang juga dosen di STAI Tanjungpinang mengatakan, permasalahan kebangsaan seperti konflik antarsuku dan antar umat beragama, korupsi, narkoba dan terorisme harus segera diselesaikan. Seluruh elemen masyarakat diharapkan tidak hanya sibuk mengurus kelompoknya masing-masing.
"Jangan pula berfikir untuk mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi tertentu, karena hal itu hanya akan menambahkan beban bagi bangsa dan negara," ujarnya.
Menurut dia, sejarah telah mencatat perjalanan panjang perumusan Pancasila sebagai ideologi bangsa mengalami pergulatan pemikiran yang cukup alot, dan keputusan untuk mengambil Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah merupakan keputusan yang tepat dengan kondisi Indonesia saat dahulu hingga sekarang.
Pemaksaan terhadap pendirian Negara Islam oleh sekelompok tertentu, justru hanya menimbulkan konflik yang tidak akan berhenti. "Justru pada akhirnya, hal ini akan membenturkan antar umat Islam itu sendiri, apalagi Indonesia adalah negara dengan mayoritas muslim," ujar alumnus Universitas Kebangsaan Malaysia itu.
Ia menyatakan tidak ada benturan antara nilai-nilai Islam dengan apa yang terkandung di dalam Pancasila. Justru Islam menjadi roh bagi Pancasila.
Semua sila-sila dalam Pancasila adalah refleksi dari berbagai firman-firman Allah yang terkandung di dalam Alquran. Sila pertama dari Pancasila merupakan sebuah refleksi dari Surat Asy Syuura ayat 11,
"Dalam surat tersebut Allah SWT berfirman bahwa tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat," ungkap Hasibuan sambil memberikan gambaran secara rinci. (ant)