Tulungagung - majalahbuser.com, Ribuan masyarakat Tulungaggung terlibat dalam acara Grebek Bhineka Tunggal Ika di Lapangan Desa/Kecamatan Boyolangu, Tulungagung.
Aneka tumpeng di sebuah meja panjang yang menjadi bagian dari kegiatan Grebek Bhineka Tunggal Ika diserbu oleh warga. Selasa (20/11/2018).
Tumpeng beraneka jenis, mulai dari tumpeng kuning, tumpeng merah putih, sekul suci ulamsari, tumpeng brokohan ini adalah lambang dari keberagaman.
Grebek Bhineka Tunggal Ika merupakan buah pemikiran berbagai pihak, termasuk akademisi, tentang lahirnya slogan pemersatu bangsa. Slogan ini diketahui dicetuskan oleh Gayatri, istri Raja Majapahit pertama, Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana.
“Grebek Bhineka Tunggal Ika untuk mengenang sejarah pendirian negara Indonesia. Semangat perekat menuju persatuan dan nilai luhur yang menjadi roh NKRI,” terang Plt Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo.
Gayatri adalah ibu dari Raja ke-3 Majapahit, Tribuwana Tunggadewi dan nenek dari Hayam Wuruk, raja yang membawa Mapapahit mencapai kejayaan. Petilasan sang ratu kini bisa dijumpai berupa Candi Gayatri di Desa/Kecamatan Boyolangu. Candi ini diyakini sebagai tempat penyimpanan abu Gayatri.
Menurut Ketua Panitia Grebek Bhineka Tunggal, Sukriston, Gayatri telah melahirkan ide Bhineka Tunggal Ika sejak era kerajaan Singosari. Bahkan pemikiran ini sudah ada, sebelum ditulis dalam kitab Sotasoma oleh Empu Tantular.
“Gajah Mada adalah salah satu didikan dari Gayatri. Makanya Gajah Mada punya semangat untuk menyatukan Nusantara,” terang Sukriston.
Karena itu Tulungagung dianggap penting dalam perjalanan Gayatri, dan lahirnya Bhineka Tunggal Ika. Semangat ini yang kini dihidupkan di tingkat lokal Tulungagung, untuk merangkul semua golongan.
Ada sekitar 3000 peserta dari para pemangku adat, penghayat kepercayaan, pondok pesantren dan lintas umat yang terlibat.
“Ini adalah jawaban kegelisahan masyarakat Tulunaggung di tengah isu intoleransi dan perselisihan antar kelompok. Harapannya Tulungagung tetap damai, rukun agar masyarakat bisa bekerja dengan tenang,” tegas Sukriston.
Lebih jauh diharapkan, generasi muda Tulungagung memahami arti penting Bhineka Tunggal Ika dalam perjalanan bangsa. Pemikiran cemerlang Gayatri ini terbukti bisa perekat persatuan di tengah keberagaman.
“Kami berharap anak muda Tulungagung meneruskan cita-cita ibu Gayatri. Menciptakan perdamaian di tengah keberagaman masyarakat,” tandas Sukriston. (adv)