Doha - Piala Dunia 2022 di Qatar tinggal dua hari lagi. Negeri di Teluk Persia itu perlahan sibuk akan menggelar pesta bola sejagad.
Berbagai macam pernak-pernik dan instalasi Piala Dunia 2022 sudah terpasang di berbagai penjuru Qatar. Hal itu yang tampak dalam pengamatan saat tiba di Doha.
Maskot Piala Dunia 2022, La'eeb, terpampang di mana-mana. Selain itu, banyak jalan yang ditutup untuk akses tim dan para pemegang akreditasi Piala Dunia 2022.
Stadion Piala Dunia 2022, salah satunya Khalifa Stadium, juga sudah diatur dengan sangat rapi untuk menggelar laga-laga 32 negara peserta yang terbagi ke dalam 32 grup. Khalifa Stadium merupakan venue Inggris vs Iran yang akan berlangsung pada 21 November 2022.
Meski Qatar sedang sibuk, para pelaku bisnis di Qatar kurang mendapatkan manfaat dari kedatangan turis yang akan menyaksikan pertandingan. Hal itu tak lepas dari kebijakan pemerintah Qatar yang menggratiskan transportasi publik untuk para pemegang Hayya Card.
Hayya Card adalah kartu baik fisik atau digital untuk para pecinta bola yang masuk ke Qatar selama Piala Dunia 2022. Pemegang kartu itu bebas biaya naik bus atau MRT selama Piala Dunia 2022.
"Tak banyak bedanya untuk saya. Tapi, tarif parkir di bandara sudah menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, saya juga sedikit menaikkan tarifnya, bos," kata Humayacem, salah satu sopir taksi di Hamad International Airport dalam perbincangan dengan wartawan detikSport.
Lebih lanjut lagi, Humayacem mengaku tak akan melihat Piala Dunia 2022 di stadion. Sebabnya, harga tiket untuk datang langsung ke stadion terlalu mahal.
"Saya akan menonton di televisi saja. Harga tiketnya cukup mahal buat saya, mencapai 800 Riyal Qatar. Biaya hidup di sini cukup mahal. Jadi, lebih baik saya menonton di televisi saja," kata Humayacem.
"Meski tak menonton langsung, saya tetap antusias menyambut sepakbola di Qatar," kata imigran asal Bangladesh itu menegaskan.
Senada dengan Humayacem, Mohammad, salah seorang driver Uber, juga menyebutkan hal yang senada. Dia mengaku belum banyak mendapat klien orang asing dalam beberapa hari terakhir.
"Qatar itu negara yang normal. Setelah jam 10 malam jarang yang beraktivitas di luar rumah. Lihat saja, jalanan seperti ini," kata Mohammad.
"Orang Eropa itu suka hal yang ingar-bingar. Banyak aturan yang diberlakukan di Qatar, contohnya konsumsi alkohol. Bagi penonton Eropa, menyaksikan sepakbola identik dengan alkohol, bir terutama."
"Menonton sepakbola itu harus enjoy. Jadi, itu sepertinya yang menjadi penyebab orang asing belum banyak orang asing yang saya lihat datang ke sini, mungkin besok akan lebih banyak."
"Peraturan di Qatar semestinya bisa mengakomodir para penonton. Jadi, keberhasilan mendatangkan Piala Dunia ke sini suasananya tetap semarak," kata dia menambahkan. (cas/mrp/detik)