Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Sukirno mengatakan, banjir bandang tersebut akibat curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah selatan Bojonegoro.
"Karena intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan sungai di Kecamatan tersebut meluap," ujarnya, Minggu (12/04/2015).
Banjir bandang akibat luapan sungai Pacal tersebut dengan ketinggian rata-rata 1,5 meter. Banjir terjadi mulai pukul 15.15 Wib hingga 15.30 Wib. Banjir merendam beberapa fasilitas umum dan lahan pertanian.
Di Desa Gondang, sedikitnya 385 rumah, seluas lima hektar sawah, dan puskesmas terendam. Sementara di Desa Pragelan Dusun Bluru 50 kk terendam, 25 zak pupuk, 50 zak gabah hanyut dan 5 hektar padi siap panen rusak.
"Saat ini Kalakasa BPBD, Camat Gondang dan TRC BPBD melakukan identifikasi kerusakan untuk kerugian material menunggu identifikasi selesai," pungkasnya.
Banjir, Petani di Bojonegoro Panen Dini Tanaman Padi
Banjir luapan air Sungai Bengawan Solo masih merendam hektaran sawah milik petani yang ada di Bojonegoro, khususnya di bantaran sungai terpanjang di pulau Jawa itu. Sehingga para petani terpaksa melakukan panen dini tanaman padi untuk megurangi jumlah kerugian yang dialami.
"Mestinya belum waktunya panen, maksimalnya tujuh sampai sepuluh hari lagi agar buahnya maksimal. Tetapi karena terendam air terpaksa kita lakukan panen dini," ujar salah satu petani di Desa Simbatan, Kecamatan Kanor, Marjuki, Minggu (05/04/2015).
Petani lain juga melakukan hal yang sama. Sebab, jika padi yang sebentar lagi panen itu terendam banjir maka hasilnya justru akan banyak merugi. Bulir padi yang sudah menguning akan busuk. Sementara pada penen dini ini, bulir padi yang dibawah masih tampak hijau dan belum berisi.
"Sedapatnya saja (hasil panennya,red), dari pada tidak bisa memanen," sambung dia sembari mengusung padi dari genangan air.
Banjir yang menggenangi sawah itu paling parah terjadi di Kecamatan Kanor. Hektaran sawah yang terendam banjir berkisar antara 70 sampai 80 centi meter. "Ada sekitar 81 hektar tanaman padi yang baru berbuah sudah terendam air," jelas Camat Kanor, Subiyanto.
Puluhan hektar tanaman padi itu tersebar dibeberapa desa diantaranya, Desa Cangakan, Piyak, Kabalan dan Semambung. Umur padi bervariatif antara 20 sampai 30 hari. Menurut dia, jika padi tersebut terendam air sampai lima atau enam hari maka dipastikan gagal panen. "Tapi kalau hanya dua atau tiga hari masih bisa dipanen," jelasnya.
Meski banjir di Kecamatan Kanor belum usai, ia memprediksi jumlah kerugian pertanian di wilayahnya mencapai Rp500 juta, baik pertanian padi maupun palawija. "Jumlah rumah yang tergenang tidak seberapa, hanya pertanian padi dan palawija," imbuhnya.
Diketahui, sejak dua hari terakhir, Tinggi Muka Air (TMA) Bengawan Solo di Bojonegoro terus naik hingga menyentuh level siaga II. Air itu kiriman dari wilayah hulu seperti Ngawi, Madiun, Ponorogo, Magetan dan Kudus. [beritajatim]