Kediri -- majalahbuser.com, Secara fisik Bujang Ganong digambarkan bertubuh kecil, pendek dan berwajah buruk, berhidung besar, mata besar melotot, bergigi tongos dan berambut panjang gimbal. Dalam seni peran tokoh jaranan ini hanya menjadi pelengkap dan sebagai sosok jenaka penghibur penonton untuk mencairkan suasana, bertingkah kocak sekehendak hati mengikuti gamelan. Tidak mengherankan jika Bujang Ganong memiliki tempat di hati penonton.
Bujang Ganong digambarkan sebagai sosok yang energik, kocak sekaligus memiliki keahlian dalam seni bela diri. Dari salah satu versi cerita, Bujang Ganong dipercaya sebagai utusan dan duta Prabu Klonosewandono untuk melamar Dewi Songgolangit ke Kediri.
Berawal dari kesenenangan terhadap tokoh jaranan ini, sebut saja Mahmud Septiawan Afrizal, warga Desa Paron RT 18 Kecamatan Ngasem. Pemain jaranan ini sangat menyenangi tokoh tersebut, berawal dari keisengan membuat topeng, kini pesanan topeng Bujang Ganong terus berdatangan. “Ide mebuat kerajinan kesenian jaranan khususnya kesenian kuda lumping hanya iseng – iseng saja.” jelasnya.
Mahmud ingat dengan jelas, awal membuat kerajinan ini tepat pada tanggal 13 Februari 2014 sebelum gunung Kelud meletus, kala itu pemuda kreatif ini membuat gantungan kunci berupa pecut dari sisa – sisa tali rafia. Tidak disangka letusan Gunung Kelud membawa keberuntungan tersendiri, banyak pesanan gantungan kunci berbetuk pecut untuk oleh – oleh relawan yang akan kembali ke daerah asalnya.
Selain gantungan kunci, Mahmud juga membuat topeng karakter Bujang Ganong. Mahmud yakin topengnya memiliki keunggulan yang berbeda. Cat yang digunakan bukan cat kayu, melainkan cat mobil sehingga topeng yang dihasilkan memiliki warna yang tajam, halus, mengkilat dan tahan lama.
“Saya memasarkan topeng Bujang Ganong melalui media sosial, baik facebook maupun blackberry. Dan antusias pemesan sangat tidak saya duga, pemesanan datang dari Banjarmasin, Banjarbaru, Samarinda dan Balikpapan” urai pemuda ini, Senin (13/3).
“Pemesanan yang membuat saya merasa takjub, ketika topeng buatan saya ini dijadikan buah tangan untuk tentara yang telah selesai bertugas di Taiwan dan Libanon.” Katanya dengan bangga.
Sekarang dia tidak sendiri lagi dalam mengerjakan topeng, pesanan yang terus bertambah, membuatnya memutuskan untuk menggunakan tenaga tambahan. Saat ini Mahmud dibantu oleh lima orang karyawan, keputusan ini berdasarkan pengalaman dalam membuat topeng membutuhkan kisaran waktu kurang lebih sekitar dua minggu.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Kediri, Ir. Adi Suwignyo, M.Si menyatakan “Dengan adanya pemuda yang peduli terhadap seni dan budaya, bukan hanya sebagai pemain tetapi juga mampu memproduksi kerajinan topeng, pecut dan atribut kesenian jaranan lainnya. Kedepan saya harapkan dapat dikembangkan agar produk jaranan asli kabupaten Kediri ini dapat mendunia”. (diskominfo/adv)