Kirab pusaka berlangsung di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, tepatnya di komplek pamoksan Raja Kediri Sri Aji Jabaya. Kirab diawali dengan pertunjukkan Tari Bedoyo Suro. Tarian khas ini dibawakan oleh 11 orang gadis cantik.
Sesuai dengan jumlah penarinya, makna dari Tari Bedoyo Suro adalah umat manusia yang bersatu dengan Tuhannya. Sebab, menurut adat setempat 11 orang penari, sama halnya dengan dua, yang bermakna manusi Tuhan sang penciptanya.
Peserta kirab pusaka berasal dari remaja pria dan wanita. Mereka berjalan beriringan dari Balai Desa Menang menuju pamoksan Sri Aji Jabaya. Peserta dibagian depan membawa payung sebagai petunjuk. Sementara dibelakangnya adalah masyarakat yang mengenakan pakaian adat jawa. Kemudian setelah sampai di pamoksan sang raja,ritual dilanjutkan dengan doa meminta keselamatan. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju Sendang Tirtokamandanu. Sumber mata air ini dipercaya sebagai tempat bersuci sang raja Jayabaya sebelum akhirnya moksha.
Ketua Panitia Kirab 1 Suro Yoyok Prayogi mengatakan, tujuan diadakan upacara ritual tersebut untuk melestarikan budaya jawa yang sudah berlangsung secara turun temurun. Karena sang prabu hidup dalam peradaban masyarakat Jawa, maka sebagai generasi penerus harus melestarikan dengan jalan melakukan upcara ritual setiap tahunnya. “Tujuan utamanya adalah melestarikan kebudayaan Jawa. Serangkaian proses dalam upacara adat ini, sebagai wujud syukur terhadap peninggalan masyarakat terdahulu,” kata Yoyok Prayogi, Sabtu (25/10/2014).
Terpisah, menurut salah seorang pengunjung Heru Prasetyo Wiboyo, acara tersebut sangat menarik, karena bisa menambah wawasan masyarakat. khususnya warga yang ingin mengetahui asal mula kediri dari zaman kerajaan melalui spiritual dan kebudayaan. Namun, karena minimnya koordinasi antar pihak penyelenggara, menurutnya, dari sisi kebersihan dan keamanan lokasi perlu ditingkatkan.
Kirab pusaka merupakan bentuk penghargaan terhadap warisan nenek moyang, karena Pusaka Kiai Bima yang dikirab sendiri dipercaya sebagai simbol kebesaran Kerajaan Kediri. Kirab pusaka ini diarapkan menjadi pengingat masyarakat tentang kejayaan adat dan budaya dari Kerjaan Kediri.
Sri Aji Jayabaya sendiri merupakan salah satu raja Kediri yang paling terkenal, karena kesaktian dan kepiawaiannya dalam memerintah rakyatnya pada abad XI. Salah satu bukti kesaktiannya berupa ramalan yang disebut Jongko Joyoboyo. Ramalan ini banyak mengupas tentang sosok penguasa negeri dan kondisi masyarakat. [beritajatim]