Haul Gus Dur tahun ini yang bertajuk Membangun Keikhlasan Bangsa juga dihadiri oleh sejumlah tokoh-tokoh nasional dari berbagai unsur.
Pantauan VIVAnews, sejumlah tokoh yang telah hadir diantaranya adalah Frans Magniz Suseno (Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara), Akbar Tanjung (Partai Golkar), dan Qomaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta).
Selain itu, panitia telah mendapat konfirmasi para tokoh lain yang akan hadir antara lain Mahfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi), Kristen Bauer (Wakil Duta Besar Amerika Serikat), Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat), Rizal Ramli (mantan Menko Kesra) Said Aqiel Siraj (Ketua Umum PBNU), Prabowo Subianto (Partai Gerindra), Basuki T Purnama (Wakil Gubernur DKI Jakarta) dan Kepala Polri Jenderal Sutarman.
"Estimasi jamaah yang hadir ada 10.000 orang," ujar Ahmad Suaedy, Panitia Haul Gusdur ke-4, di kediaman Gus Dur.
Ahmad menjelaskan, dalam acara ini jamaah datang dari berbagai daerah Pulau Jawa. Mereka datang dengan sejumlah bus, diantaranya dari Jawa Tengah yakni Pemalang, Purworejo, Wonosobo dan Cilacap. Sedangkan dari Jawa Barat adalah Tasikmalaya, Bandung, Bogor dan lainnya.
"Barusan ada 30 bus dari Pesantren Nurul Iman Parung sebanyak 1.530 orang," kata Ahmad.
Tokoh Lintas Agama Panjatkan Doa Kenang Gus Dur
Tokoh lintas agama menggelar doa bersama mengenang empat tahun wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Asrham Gandhi Puri, Klungkung, Sabtu, 28 Desember 2013. Acara itu diselenggarakan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bali.
Tokoh masing-masing agama, Islam, Hindu, Buddha, Protestan, Katolik, dan Konghucu tampak hadir. Dengan khidmat mereka menundukkan kepala dan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, untuk almarhum Presiden ke-4 Republik Indonesia itu.
Selain doa, berbagai kesan soal Gus Dur pun terlontar. Salah satunya dari Ketua FKUB Bali, Ida Bagus Gede Wiyana. Ia mengaku, banyak yang bisa diteladani dari sosok Gus Dur. Yang utama, adalah rasa saling menyayangi.
“Gus Dur mengajarkan kita untuk saling menyayangi. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik, orang tak pernah bertanya apapun agamamu,” ujar Wiyana menirukan ucapan Gus Dur.
Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (NU), Ali Masykur Musa pun tak kalah. Pria yang akrab disapa Cak Ali itu memimpin doa untuk umat Islam. Ia menuturkan, Gus Dur bukan hanya milik satu golongan. “Wajar apabila kerinduan terhadap Gus Dur dirasakan semua kalangan masyarakat bangsa ini,” katanya.
Ia melanjutkan, masyarakat mencintai Gus Dur lantaran mantan Ketua Dewan Syuro PKB itu juga mencintai rakyatnya. Sosok yang meninggal pada 30 Desember 2009 itu menempatkan manusia sebagai subjek, bukan objek. “Gus Dur tidak suka dengan diktator mayoritas dan tirani minoritas,” imbuh Ali.
Semangat kebangsaan juga diwariskan Gus Dur pada seluruh lapisan masyarakat. Ia tak pernah membedakan orang dari latar belakang agama, suku, dan kelompok. Menurut Ali, Gus Dur memaknai Indonesia sebagai kemajemukan yang dirajut dengan kesetaraan dan keadilan. Itu tak boleh dicederai.
“Peringatan ini sebagai upaya kami agar kebhinekaan Indonesia tak luntur. Kami tergerak untuk mengembalikan semangat dan kesadaran supaya lebih menghargai perbedaan, dan tidak terjebak gerakan intoleransi,” ucap Ali lagi.
Dari segi politik, peserta konvensi capres Partai Demokrat itu melihat Gus Dur selalu melindungi kelompok yang terpinggirkan oleh arogansi kekuasaan. Ia selalu menomorsatukan keadilan untuk semua bidang dan tingkatan.
Sikap itu, sambung Ali, sangat diperlukan di tengah kecenderungan politik masa kini yang dirasanya dangkal, praktis, dan hanya berorientasi kekuasaan. Ia membandingkan dengan era Gus Dur saat perbedaan menjadi bingkai membangun kehidupan bangsa.
“Cita-cita Gus Dur harus terus kita perjuangkan,” ujar Ali lagi. Semasa hidupnya, Gus Dur memang dikenal sebagai tokoh yang sangat menghormati perbedaan agama. Beberapa kali ia mengunjungi Asrham Gandhi Puri di Bali. Bahkan, ia pernah menginap di sana. Dengan tokoh lintas agama di Pulau Dewata dan lainnya, ia pun akrab. (VIVA)