Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2011 @ majalahbuser.com
Welcome to Our Website   www.majalahbuser.com
Redaksi Iklan Pemasaran : Komplek Ruko Stadion Brawijaya  Jl. Ahmad Yani D-6  Kediri
Telp.(0354)-7000500 Fax. 0354 – 692543  E-mail : redaksi@majalahbuser.com
copyright . 2012 @ majalahbuser.com
majalahbuser.com, Melakoni keseharian sebagai penyelam teripang, mabe, japing-japing, kima dan mutiara menjadi satu-satunya pilihan pekerjaan bagi seorang Lambe (36 thn) warga Jl. Prs Bolu, Kecamatan Ujung Tanah Makassar, Sulawesi-Selatan.

Kini dia harus pasrah melalui hari-harinya dengan kondisi kaki yang lumpuh dan nyaris tidak lagi dapat berjalan sebagai resiko pekerjaannya sebagai seorang penyelam pengguna alat bantu compressor.
Selasa, 12 November 2013

Sepenggal Kisah Dari Nelayan Pengguna Compressor
Lambe (kiri) didampingi Wartawan majalahbuse.com. Kondisi Kaki Lambe Yang Kini Melepuh Akibat Menggunakan Compressor (inzert)

Minimnya keterampilan dan lapangan kerja alternatif  yang sesuai dengan tingkat kemampuannya membuat Lambe tidak dapat berkutik dan berbuat banyak menghadapi kejamnya persaingan kehidupan di Kota Metropolis.

Terjun menjadi  seorang penyelam teripang di Pulau Barang Lompo bersama kelompok H. Kaseng, H. Maro, serta H. Mappe yang diakuinya sebagai bos besar adalah pilihan pekerjaan terakhir, bagi seorang Lambe dan sanak familynya di rumah.

Dalam kesempatan wawancara singkat dengan wartawan di Makassar baru-baru ini Lambe mengaku telah tiga puluh tahun melakoni profesi sebagai seorang penyelam teripang dan sekaligus pengguna alat bantu compressor. Selama kurun waktu itu pula, Lambe mengisap udara kotor melalui slang compressor yang digunakannya untuk menyelam. Sebagai akibatnya, sudah setahun terakhir, Lambe harus menderita kelumpuhan dengan kondisi sebahagian jari-jari kaki terkelupas dan melepuh, bak terkena siraman air panas.

Penderitaan Lambe tak berakhir sampai disitu, karena ayah beranak dua ini juga harus pasrah menahan pedih dan rasa sakit pada bahagian indra pendengarannya. Bahkan sekarang, kedua telinganya, tak lagi dapat berfungsi normal sebagai akibat dari gangguan yang ditimbulkan oleh resiko pekerjaannya sejak dari tiga puluh tahun silam sampai kini.

Sayang , sebab penderitaan bertubi-tubi yang telah dialaminya selama bertahun-tahun, ternyata tidak membuat Lambe menjadi kapok dan meninggalkan aktivitas menyelam teripang dengan menggunakan alat bantu compressor. Padahal dia mengakui, kalau tabung compressor yang digunakannya untuk menyelam, tak jarang menyisakan ceceran darah dari luka pada bagian paru-paru seusai menghisap udara kotor dari dalam tabung compressor.            

Semua dilakukan Lambe demi untuk menyambung hidup keluarganya disertai sepenggal asa. Saban hari,  jerih payah yang diperolehnya dari hasil menyelam akan  membuat dapur rumahnya tetap mengepul. Paling tidak, pendapatannya dapat menutupi kebutuhan biaya hidup keluarga sehari-hari, terutama kebutuhan dapur Lia, istrinya. Begitu pula halnya, biaya pendidikan, kedua putra-putrinya,  yakni : Rizal (24 thn) dan Sinta (26 thn).

Demi untuk sekedar bertahan hidup dan memperoleh biota laut jenis teripang, mabe japing-japing, dll Lambe mengaku telah menyisir sejumlah kawasan perairan laut di semenanjung Provinsi Sulwesi-Selatan dimulai dari Pulau Barang Lompo, Takalar, Bulukumba hingga perairan Kabupaten Kepulauan Selayar 

Sepintas lalu, pendapatan dari hasil menyelam teripang, mabe, japing-japing, mutiara dan kima memang lumayan menggiurkan. Dapat dibayangkan, bila untuk sekali menyelam Lambe bersama rekan-rekannya mampu mendapatkan ratusan ekor teripang duyung perhari.

Ditilik dari nilainya, teripang duyung tidaklah seharga dengan biaya berobat ke rumah sakit. Pasalnya, harga teripang duyung hanya berkisar antara dua puluh ribu, hingga sepuluh ribu rupiah per ekor dengan melihat jenis dan ukuran besarnya.

Oleh pengusaha penampung di Kota Makassar, teripang duyung besar dihargai dua puluh ribu rupiah per ekor. Sementara teripang duyung kecil, di beli para pengusaha pengumpul di kawasan Kayu Bangko Jl. Sunu Makassar, senilai sepuluh ribu rupiah per ekor. Harga teripang dengan nilai tertinggi ditempati oleh teripang koro ukuran besar yang mencapai tiga ratus ribu rupiah perkilogram, disusul teripang koro tengah (ukuran kecil, red) yang nilai jualnya berada pada level harga seratus lima puluh ribu rupiah perkilogram.

Khusus untuk jenis teripang putih ukuran besar, nilainya mencapai dua ratus lima puluh ribu perkilogram.  Fluktuasi nilai harga teripang terendah, ditutup oleh jenis teripang putih ukuran tengah atau kecil dengan nilai jual sebesar seratus ribu rupiah. Untuk jenis hasil laut lain, seperti mabe, mutiara dan kima masing-masing dihargai sesuai dengan klasifikasi dan ukurannya. Mabe ukuran besar, biasanya dijual oleh para nelayan seharga lima belas ribu rupiah.

Sementara mabe ukuran tengah atau kecil dilempar ke pasar dengan harga enam ribu rupiah. Kondisi yang tak jauh berbeda terjadi pada harga mutiara super serta mutiara bibit yang bermain pada kisaran enam puluh ribu rupiah untuk mutiara bibit dan seratus lima puluh ribu rupiah untuk mutiara super ukuran besar.

Jenis biota laut dengan harga terendah ditempati oleh biota jenis kima yang berkutat pada harga lima belas ribu rupiah sampai lima puluh ribu rupiah berdasarkan ukurannya masing-masing. Kima besar dibeli pengusaha penampung dengan harga lima puluh ribu rupiah. Sedang kima tengah dihargai lima belas ribu rupiah.

Dalam  musim tertentu, hasil melaut para nelayan penyelam asal Pulau Barang Lompo Makassar, diakui Lambe tak jarang dijual ke Kawasan Industri Makassar (KIMA) yang terletak di Kecamatan Biringkanaya. (fadly syarif)
      Berita Nasional :

      Berita Daerah  :