Home

Nasional

Daerah

Sport

LifeStyle

Opini

Advetorial

SuratPembaca

Redaksi

Jakarta - Kompetisi yang PSSI anggap ilegal, Indonesia Super League (ISL), resmi digelar pada 1 Desember ini. Apa reaksi PSSI?

Kick-off ISL dibuka oleh empat laga. Persipura Jayapura yang menjamu Persiba Balikpapan, yang digelar bersamaan dengan Persija Jakarta melawan Deltras Sidoarjo, PSPS Pekanbaru yang ditantang Persidafon, juga Persiwa Wamena kontra Gresik United.

Kisruh Kompetisi

Jika memang benar di cap ilegal oleh PSSI, berarti sanksi tengah menanti delapan kesebelasan tersebut, seperti yang dilakukan PSSI saat Liga Primer Indonesia (LPI) digelar pertengahan musim lalu.

Namun ketika ketua bidang kompetisi, Sihar Sitorus, diberondong pertanyaan oleh wartawan. Pria yang juga anggota Komite Eksekutif PSSI itu masih belum bisa memberikan gambaran tindakan yang akan terjadi pada klub yang 'membangkang'.

"PSSI telah mendapat surat dari BOPI yang mengatakan Liga Profesional yang diakui adalah yang ada dibawah PSSI, jadi yang diluar PSSI tidak sah," ucap Sihar di depan kantor PSSI, Kamis sore (1/12/2011).

"Dan setelah kita lihat hari ini ada beberapa kesebelasan yang bermain, kita belum tahu apakah itu sebuah turnamen eksebisi atau bentuknya lain."

"Yang pasti dari Komite Kompetisi akan memberikan laporan kepada Komite Disiplin menyangkut beberapa pertandingan yang kita saksikan malam ini," tutur pria berkacamata itu.

"Satu lagi, kita punya penjelasan dari Dirjen Menteri Hukum dan HAM yang mengatakan bahwa kepemilikan PT Liga Indonesia 99 persen milik PSSI dan satu persen milik yayasan, jadi secara tidak langsung PT LI milik PSSI. Tentu saja kita akan melakukan klarifikasi terhadap kejadian-kejadian yang terjadi malam ini," jelas Sihar.

"Komite Disiplin juga akan memanggil klub-klub yang sebelumnya menjadi anggota PSSI (yang ikut di ISL) untuk diklarifikasi," sambungnya.

Namun ketika ditanya mengenai gambaran sanksi yang menunggu klub-klub tersebut, Sihar tidak bisa memberikan jawab. "Itu sudah dalam bidang Komisi Disiplin, saya tidak berhak mengatakan apapun." (inilah)