Saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Sola menyatakan kegembiraannya karena mendapatkan kesempatan untuk bisa menyaksikan secara langsung suasana pemutaran film yang dibintanginya itu.
"Buat saya hal ini adalah kesempatan yang terbaik, karena saya bisa langsung melihat hasil dari pekerjaan yang saya lakukan selama beberapa waktu lalu di Indonesia. Saya punya keyakinan bahwa ini akan begitu disukai. Semoga demikian," kata Sola, saat berbincang dan makan malam bersama Warta Kota, Selasa (19/4/2011) malam, di sebuah hotel di Menteng, Jakarta Pusat.
Semua kabar dan berita tentang berbagai penolakan atas kedatangan bintang panas, tidak menghalangi keinginan Sola datang ke Jakarta.
Katanya, selama beberapa hari di Jakarta saat syuting film dengan kru dari Indonesia, serta bertemu dengan sejumlah orang Indonesia, dia merasa sangat nyaman dan aman. Jadi tidak ada alasannya untuk takut.
"Aku datang ke Indonesia juga karena ingin mempromosikan film terbaruku di Indonesia. Aku sangat ingin orang banyak mengetahui bahwa aku tak seperti dulu lagi. Dan aku sangat ingin perubahan yang aku alami juga diketahui banyak orang. Untuk film kali ini aku sangat ingin orang banyak menerimanya, karena ini film yang bagus," ucap Sola, yang mulai menyukai masakan pedas asal Indonesia.
Masih Datangkan Bintang Panas, FPI Ancam Tutup Kantor Maxima
Ketua Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta Habib Salim Selon geram mendengar rumah produksi Maxima Picture mendatangkan Sola Aoi, bintang porno asal Jepang untuk membintangi film berjudul Suster Keramas 2.
"Maxima memang nggak ada tobat-tobatnya. Mau ditutup apa kantornya," serunya, Rabu, (20/04/2011), saat dihubungi wartawan lewat telepon genggam.
Padahal, tahun 2010 lalu, FPI juga sudah melayangkan nota protes kepada pihak rumah produksi tersebut, lantaran film yang dibintangi Miyabi berjudul 'Menculik Miyabi'. Namun, lanjut Selon, sekarang Maxima melakukan hal serupa dengan mendatangkan Sola Aoi.
Beberapa waktu lalu, FPI juga telah melakukan aksi demonstrasi di kantor Lembaga Sensor Film (LSF) supaya tidak mengizinkan film yang mempertontonkan sisi seksualitas.
"Kita sudah temui LSF, supaya mereka nggak mengizinkan tayangkan film-film berbau seks," serunya. (tribunnews)