Menurut Presiden, selama perjalanan hidupnya, Rosihan Anwar sudah mengetahui pasang-surutnya sejarah bangsa Indonesia. "Kalau kita lihat perjalanan hidup almarhum, itu benar-benar mengalami pasang-surutnya sejarah, sebagai pelaku sejarah, baik zaman penjajahan, era Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, sampai reformasi," katanya.
Presiden mangakui almarhum tetap kritis dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi di Indonesia. "Beliau tetap kritis, saya mengenal beliau beberapa kali juga kritis tapi kami bersahabat dan saya masih ingat ketika beberapa dialog beliau yang terakhir sekali saat hadir di Istana Negara untuk menyampaikan pandangan-pandangan yang kritis tetapi juga penuh dengan tanggung jawab dan niat yang baik," tuturnya.
Selain itu, Presiden berharap agar semangat yang ditunjukkan Rosihan Anwar menjadi contoh bagi generasi selanjutnya untuk memajukan dunia pers, seni, budaya, film, dan sastra di Indonesia. "Semoga di negeri ini muncul Rosihan- Rosihan Anwar yang baru jadi tokoh besar sehingga memajukan baik dunia media massa, dunia seni dan budaya, dunia perfilman, serta dunia sastra," pungkasnya. (*/OL-11)
Presiden SBY Pernah Rasakan Pedasnya Kritikan Rosihan Anwar
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, Almarhum Rosihan Anwar merupakan tokoh yang sangat kritis. Tidak hanya sebagai seorang jurnalis tetapi juga sastrawan, budayawan, dan tokoh film.
SBY bahkan pernah mencicipi 'pedasnya' kritikan Almarhum. Namun, keduanya tetap bersahabat dan tidak pernah tersimpan rasa dendam. "Beliau tetap kritis. Saya kenal beliau. Beberapa kali terhadap saya juga kritis. Tapi kami bersahabat. Dan, saya masih ingat ketika dalam beberapa dialog, beliau hadir. Yang terakhir kali di Istana Negara. Beliau menyampaikan pandangan-pandangan kritis tapi juga penuh tanggung jawab dan niat baik," kata SBY di rumah duka Jalan Surabaya No 13, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/4).
Presiden hadir didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan mendapat pengawalan ketat dari paspampres. Keduanya menggunakan pakaian hitam tiba sekitar pukul 14.00 WIB. SBY berada di rumah duka sekitar 15 menit.
Kepala Negara mengungkapkan berpulangnya Rosihan merupakan kehilangan besar buat Indonesia. Namun, ia berharap bisa muncul Rosihan-Rosihan baru, tokoh sepanjang masa sejak era penjajahan, Presiden Sukarno, hingga, era reformasi.
"Semoga di negeri ini muncul Rosihan Anwar-Rosihan Anwar yang baru. Jadi tokoh besar yang memajukan baik dunia media massa, dunia seni dan budaya, dunia perfilman, dan dunia sastra," ujar SBY.
Jenazah rencananya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata secara militer. Almarhum meninggal pada usia 89 tahun di Rumah Sakit MMC, Kuningan, pukul 08.15 WIB karena sakit jantung. Hadir pula Wakil Presiden Boediono, menteri Kabinet Indonesia Bersatu II seperti Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad.
Ada pula Mantan Presiden BJ Habibie, Mantan Deputi Gubernur BI Miranda Goeltom, serta sejumlah tokoh sepak bola nasional seprti Andi Darussalam Tabusalla dan Rahim Soekasah. (Nav/OL-8). (MICOM)