Apalagi, gedung Patra Graha yang jadi tempat lokasi berada di depan kilang. Hanya beberapa meter dari pintu masuk gedung, jalan raya sudah diblokir petugas. Siapa tak punya kepentingan, dilarang melintas.
"Saat perjalanan ke gedung, saya lihat penuh asap. Mirip wedhus gembel, bedanya kalau wedhus gembel putih, ini hitam pekat. Di satu sisi langitnya cerah, sisi lainnya hitam," cerita Dilla. "Saat mendekati gedung, api terlihat membubung tinggi."
Saat itulah, ia mengaku cemas. Kekhawatiran bercampur aduk. "Perasaanku deg-degan, meski nggak terlalu dekat (dengan lokasi kebakaran). Campur takut juga kalau tidak ada tamu yang datang. Saya hanya bisa mengucap 'Bismillah' semoga semua lancar," kata Dilla.
Awalnya di tengah kesibukan menyiapkan resepsi, Dilla tak sadar telah terjadi ledakan di tangki Naptha 31T2 pada Sabtu dini hari pukul 04.30. "Saya baru tahu pas menuju gedung, ada yang bilang kilangnya kebakaran."
Saat ledakan terjadi, Dilla yang berada di rumahnya di Jalan Gunung Sari, Cilacap mengira suara "Duar!" yang ia dengar adalah petir. Meski ia juga heran, kenapa ada petir saat hari tak hujan.
"Meski was-was saya berprasangka baik. Yang terbakar siang tadi baru satu kilang, sebelumnya pada kebakaran 1995 lalu tujuh tangki."
Meski berlangsung di tengah situasi tak karuan, Dilla bersyukur resepsi nikahnya relatif berjalan lancar. "Yang menarik, kebanyakan yang datang ibu-ibu," kata pegawai bank itu. Hanya satu-dua orang pegawai Pertamina rekan kerja ayahnya yang terlihat,
"Saat ditanya bapaknya mana, ibu-ibu menjawab: sedang di kilang ngurus kebakaran," kata Dilla, tertawa kecil.
Hingga Sabtu malam jelang dini hari, api yang membakar tangki 31 T-2 dan 31 T-3 masih belum bisa dipadamkan. Petugas berupaya mengisolasi api agar tak merambat ke tangki-tangki lainnya. (VIVAnews)