Kediri - Sikap Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri berubah. Rencana pembongkaran rumah Kolonel (Purn) Soerachmad yang dikenal sebagai salah satu perintis berdirinya Kodam untuk dijadikan arena futsal dan pusat bisnis ditentangnya.

Segala macam perizinan untuk Alwi Muhammad Mubarok, investor sekaligus ahli waris dalam pembangunan tersebut tidak akan pernah diterbitkan.

Kepala Bagian Humas Pemkot Kediri Tri Krisminarko mengakui bila investor pembangunan tersebut sudah mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan dan gangguan lingkungan.

Namun menurutnya dengan derasnya penolakan masyarakat diakui akan dijadikan pertimbangkan untuk meninjau rencana pembangunan tersebut.

"Jadi tidak serta merta setelah permohonan diajukan akan diizinkan. Kami akan tinjau ulang, bahkan akan kami tolak jika perlu," tegas Tri kepada wartawan di Balaikota Kediri, Kamis (7/4/2011).

Selain faktor nilai sejarah yang tinggi pada rumah Kolonel (Purn) Soerachmad, meski belum ditetapkan sebagai benda cagar budaya, penolakan juga disampaikan atas dasar adanya keberatan dari Gereja Protestan di Indonesia (GPdI) Imanuel. Tri menilai tak etis sebuah lokasi usaha yang berpotensi menimbulkan keramaian, dibangun bersebelahan dengan tempat peribadatan.

"Kedua bangunan itu persis bersebelahan. Kalau di sebelah gereja ada lapangan futsal, pasti akan sangat mengganggu," ujar Tri.

Sebelumnya, rumah Kolonel (Purn) Soerachmad yang berlokasi di Jl KDP Slamet, Kelurahan Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto akan dibongkar oleh ahli warisnya. Rumah itu berada tepat di sebelah selatan Gereja Protestan di Indonesia (GPdI) Imanuel, yang sejak tahun 2004 silam sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya oleh BP3 Trowulan.

Di rumah tersebut juga pernah menjadi rapat oleh pasukan TNI AD yang diantaranya diikuti Kolonel (Pur) Soerachmad dan Jendral (Purn) AH Nasution. Kolonel (Purn) Soerachmad yang tercatat sebagai Komandan Brigade S (Soerachmad) di Kediri memang tercatat sebagai perintis pendirian Kodam se Indonesia. (gik/gik)(detikSurabaya)