Keterangan ini disampaikan Kepala Bandara Tunggulwulung, Banggas Silitonga, di kantornya. "Sebenarnya di bandara ini tidak diperkenankan pendaratan malam, namun karena malam itu pesawat yang akan mendarat membawa foam untuk memadamkan tangki Pertamina UP IV yang terbakar, kami harus memersiapkan pendaratan," katanya.
Akhirnya diputuskan untuk mencari sekitar 250 tukang ojek, yang menyalakan lampu sepeda motor di tepi landasan. "Untuk memandu pilot pesawat tersebut yang hendak landing," ujar Banggas
Menurutnya, ide untuk mengerahkan ratusan sepeda motor itu, muncul atas kerjasama pihaknya dengan kepolisian. "Kami kan dituntut untuk memandu mendaratnya pesawat tersebut. Lalu terpikir untuk mengerahkan ratusan sepeda motor, yang terdiri dari tukang ojek maupun warga biasa," imbuh Banggas.
Ia menambahkan, ratusan sepeda motor tersebut, dikoordinasikan oleh pihak kepolisian. "Polisi kan punya bayak kenalan tukang ojek, jadi mereka langsung menghubungi beberapa tukang ojek untuk membantu. Dalam waktu sekitar 30 menit, ratusan sepeda motor yang dikendarai tukang ojek maupun warga biasa sudah berkumpul di sini," jelasnya.
Banggas menerangkan, ratusan sepeda motor berjajar 10 meter dari tepi landasan, menghadap ke selatan, 10 menit sebelum pesawat Foker 27 yang membawa foam pemadam api mendarat. Setelah seluruh lampu sepeda motor dinyalakan, petugas menara bandara Tunggulwulung melakukan komunikasi dengan pilot, apakah cukup penerangan dari lampu sepeda motor untuk memandu pendaratan pesawat.
"Setelah pilot menyatakan oke, mendaratlah pesawat Foker 27 dari Jakarta tersebut dengan aman. Saya salut dan bangga atas bantuan dari masyarakat. Saya lihat mereka tidak takut ketika pesawat mendarat, padahal jaraknya relatif dekat dengan pesawat," ucap Banggas.
Kapolsek Jerukwangi, AKP Fauzan Widiarto, yang berkoordinasi dengan pihak Bandara Tunggulwulung, menjelaskan bahwa ratusan tukang ojek dan warga yang dikerahkan untuk membantu proses pendaratan Foker 27 itu mendapatkan imbalan Rp 20.000 per orang.
"Itung-itung mereka ngojek mas. Tapi pada dasarnya mereka sangat tertarik untuk membantu pendaratan pesawat tersebut. Mungkin karena ingin kebakaran di tangki minyak Pertamina Cilacap cepat selesai. Karena ini juga bencana nasional kan," papar Fauzan, yang diwawancara terpisah.
Fauzan menambahkan, tukang ojek dan warga juga turut memandu proses lepas landas pesawat Foker 27, ketika selesai membongkar muatan foam pemadam api di Bandara Tunggulwulung. "Proses bongkar muatan foam berlangsung sekitar 45 menit. Lalu ketika pesawat hendak meninggalkan Bandara Tunggulwulung, ratusan tukang ojek dan warga yang membawa sepeda motornya, kembali memandu pesawat tersebut lepas landas. Prosesnya sama ketika memandu pesawat itu mendarat," tandasnya. (tribunnews)