Malang - Kasus pencucian otak tidak hanya terjadi di Jakarta. Di Malang, 10 mahasiswa diduga kuat sudah menjadi korban pencucian otak, dengan diberikan pemahaman jika Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu kafir.
Dari informasi yang dihimpun, 9 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan 1 Mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) menjadi korban. Doktrin ideologi itu diberikan para pelaku terhadap para korban melalui diskusi kecil yang digelar di sebuah mall di jantung Kota Apel.
Menurut keterangan yang dihimpun detiksurabaya.com, para korban tanpa sengaja bertemu dengan pelaku yang mengaku bernama Fikri alias Feri alias Dani asal Cilacap dan Adam alias Muhayyin, asal Kabupaten Lampung di luar kampus.
"Dalam diskusi sering diberikan pemahaman tentang ideologi negara Islam. Dan ini waktunya Islam bangkit," kata M Hanif (19), mahasiswa semester II Fakultas Teknik Jurusan Informatika UMM, salah satu korban yang selamat dari usaha pencucian otak, saat ditemui wartawan di kompleks Kampus UMM Jalan Raya Tlogomas, Selasa (19/4/2011) siang.
Hanif selamat dari pencucian otak karena menolak untuk diberangkatkan ke Jakarta dengan biaya sebesar Rp 10 juta. "Saya tolak berangkat, karena tidak punya uang. Tapi ada yang berangkat, mereka Maya Mazesta, Agung Arief Perdana Putra, Mahatir Rizki, Fitri Zakiyah, Recki Davinci. Mereka berangkat 25 Maret kemarin," jelasnya.
Tujuan ke Jakarta sendiri, sambung dia, untuk menjalani baiat atas ideologi yang diberikan. Sebelumnya, dalam diskusi kecil yang kerap kali digelar itu, para pelaku selalu memberikan ceramah tentang makna dari ayat-ayat suci Al-quran.
Kasus ini terungkap setelah keluarga Mahatir Rizqi (19), mahasiswa UMM semester II jurusan Teknologi Informatika asal Nusa Tenggara Barat mengaku telah kehilangan kontak sejak akhir Maret 2011 lalu.
Keluarga kemudian panik, setelah mendengar informasi, jika Mahatir telah menjadi korban cuci otak. "Kami kemudian datang kroscek, ternyata kampus menyatakan Mahatir tak kuliah sejak 19 Maret kemarin. Kita kemudian mencari kemana-mana, sampai kini belum ketemu," ujar Yudhi Ardiansyah, paman Mahatir ditemui di depan kampus UMM.
Yudhi mengaku, dirinya telah melaporkan kasus ini ke polisi. Sementara upaya lain, adalah memberikan foto Mahatir ke seluruh juru parkir di Kota Malang. "Karena Mahatir pergi bawa motor Honda Kharisma milik bapaknya," bebernya. (bdh/bdh)(detikSurabaya)