"Kabar yang kami dapat, yang bersangkutan kini berada di pusar Gunung Slamet, di Jawa Tengah," ujar AKP Hadi Purnomo ditemui di ruangannya, Selasa (19/4/2011) siang.
SFD meninggalkan rumah sejak tanggal 16 April lalu. Kepada keluarganya, dia pamit hendak ke pusar Gunung Slamet. Hal ini diungkapkan oleh adiknya, Suprayitno (38).
"Saat itu, dalam kondisi kerasukan. Dia bilang hendak pergi ke pusar Gunung Slamet. Kami tidak bisa mencegah keinginannya," kata Suprayitno di rumahnya. [nng/ted]
Pernyataan Pihak Keluarga:
Saifudin Tak Pernah Mengaku Nabi
Kediri - Keluarga Saifudin (42), asal Dusun Setoyo, Desa Plemahan, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri tidak percaya pria yang memiliki nama Saifudin Zuhri itu mengaku nabi. Mereka hanya tahu bahwa Saifudin sebagai dukun yang mampu menyembuhkan segala macam penyakit.
Suprayitno (38), adik Saifudin mengatakan, pihak keluarga mensinyalir kabar itu hanya dihembuskan oleh segelintir orang yang tidak senang dengan pengobatan yang dilakukan kakaknya. Kini keluarga tengah mencari keberadaan pria yang pernah bekerja sebagai sopir itu.
"Selama ini, kami (keluarga) tidak pernah tahu atau mendengar Saifudin mengaku, atau menyebut dirinya sebagai nabi. Dia hanya kerasukan arwah pakde Sukir, pamannya yang kabarnya moksa (menghilang bersama jasadnya)," kata Suyitno, Selasa (19/4/2011).
Masih kata Suprayitno, Saifudin pergi dari rumah sejak tanggal 16 April lalu. Sebelum keluar rumah, duda yang telah bercerai dengan istrinya itu, sempat pamit akan pergi ke pusar Gunung Slamet, di Jawa Tengah. Saat itu, Saifudin dalam keadaan kerasukan.
Pantauan beritajatim.com, sehari-hari Saifudin menempati sebuah gubuk kecil yang terbuat dari kayu dan beralaskan tanah. Itulah yang disebut Padepokan Linggar Jati, berada di belakang rumah orang tuanya.
Letak gubuk Saifudin berada di antara kandang ayam dan kambing. Di tempat itu, tertinggal dua buah sajadah, buku yasin, dan primbon perhitungan hari. Ada sebuah kursi panjang yang biasa dipakainya tidur dan melaksanakan ibadah. Sementara di dindingnya tertempel sebuah papan persegi panjang yang bertuliskan sahadat dengan bahasa Arab.
Suprayitno mengatakan, di gubuk itulah, biasanya para murid-murid Saifudin diajari berdzikir dan mengerjakan sholat lima waktu sebagaimana mestinya. Lanjutnya, tidak ada yang aneh, dan keluar dari tata cara beribadah umat Islam.
"Di tempat itu pula, Saifudin praktek pengobatan dengan media daun-daunan. Biasanya daun dipetik, kemudian dicuci, dan diberikan dua. Pokoknya berasal dari ramuan-ramuan," kata Suprayitno.
Terpisah, Kapolsek Plemahan AKP Hadi Purnomo mengatakan, saat ini polisi berusaha memberikan penjelasan kepada warga masyarakat di sekitar rumah agar menahan diri, dan tidak berbuat anarkis. [nng/but]
MUI Turun Tangan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang Kabupaten Kediri tidak ingin masalah kemunculannya seorang pria berinisial SFD (42), asal Desa Sentoyo, Kecamatan Plemahan yang mengaku sebagai nabi berlarut-larut. MUI akan segera mengambil sikap.
"MUI akan segera melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Mungkin besok kita langsung ke lapangan," kata Sekretaris MUI Cabang Kabupaten Kediri Hamam Tantowi kepada beritajatim.com, Senin (18/4/2011).
Semakin cepat tindakan MUI, imbuh Hamam, maka keresahan yang terjadi di masyarakat dapat segera diminimalisir. Dia juga tidak ingin timbul ketegangan di masyarakat.
Disinggung mengenai, banyak orang yang sudah menjadi pengikut dan mempercayai SFD, Hamam mengaku, pihaknya akan melakukan penjelasan, dan penyadaran. MUI tidak akan tinggal diam mengatasi persoalan itu.
Seperti diberitakan, SFD mengaku sebagai nabi dan memiliki misi menyampaikan wahyu. Perintah dari Tuhan itu diterimanya saat SFD dalam kondisi kerasukan. [nng/but](beritajatim.com)