Ia mengaku, pascaerupsi Gunung Merapi 2010 dirinya telah beberapa kali melihat kejadian serupa namun asap sulfatara yang terlihat Kamis pagi membumbung cukup tinggi.
"Asap tersebut terlihat dengan jelas, namun tidak terlalu lama karena terus tertutup kabut," katanya.
Petugas Pengamatan Gunung Merapi di Pos Babadan, Kecamatan Dukun, Ismail, membenarkan adanya asap sulfatara tersebut.
Menurut dia, asap terpantau dari Pos Babadan dengan ketinggian 600 meter pada pukul 07.25 WIB.
"Asap membumbung tinggi karena di atas tidak ada angin kencang. Kejadian itu biasa," katanya.
Ia mengatakan, asap itu tidak berbahaya sehingga warga tidak perlu khawatir akan terjadi erupsi.
Ia mengatakan, dari Pos Babadan tidak terpantau guguran baik secara visual maupun laporan seismograf.
Ia berharap, warga tidak khawatir karena berdasarkan data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta aktivitas Merapi menunjukkan kecenderungan menurun. "Saat ini hanya terpantu gempa multiphase yang tidak terlalu besar," katanya.
Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandrio, mengharapkan, warga tidak panik dengan fenomena munculnya asap sulfatara yang membumbung tinggi.
Ia mengimbau warga tetap waspada terhadap ancaman banjir lahar dingin. "Apalagi dalam empat hari terakhit, intensitas hujan di puncak Merapi cukup tinggi dan patut diwaspadai terjadinya banjir terutama di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," katanya. (Ant/OL-9)