Wakil Rakyat Melukai Hati Rakyat
Sungguh keterlaluan ulah wakil kita yang ada di DPR-RI, mereka terus rajin memproduksi kekonyolan demi kekonyolan. Dari kemalasan bersidang yang tidak kunjung sembuh, nafsu membuat rumah aspirasi yang ujung-ujungnya proyek, hingga pelesir ke luar negeri yang dibalut studi banding.
Demi memenuhi syahwat politik itu, miliaran rupiah pun disiapkan. Soal apakah berbagai agenda tersebut masuk akal atau tidak, berguna atau mubazir, ada urusannya dengan rakyat atau tidak, bukan perkara penting lagi bagi anggota DPR.
Kekonyolan paling mutakhir ialah kepergian 8 anggota Badan Kehormatan DPR dan 2 staf ke Yunani mulai 22/10/2010 untuk belajar soal etika. Total uang negara yang dikuras untuk perjalanan enam hari itu mencapai Rp1,5 miliar. Itu bisa untuk 25 ribu orang miskin melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Alasan mengapa Badan Kehormatan DPR perlu belajar etika ke Yunani pun menggelikan. Wakil Ketua Badan Kehormatan DPR Nudirman Munir menyatakan studi langsung ke lapangan itu penting dilakukan karena Badan Kehormatan perlu mempelajari aplikasi beretika untuk diterapkan di DPR.
Sengaja dipilih Yunani karena negara itu dipandang memiliki sejarah demokrasi yang tertua. "Kami bisa banyak belajar di sana karena Plato dan Aristoteles berasal dari sana," kata Nudirman.
Lebih aneh lagi, anggota dewan jauh-jauh ke Yunani sekadar ingin mengetahui cara berinterupsi untuk menyampaikan pendapat dalam sidang. Yang hendak dipelajari adalah apakah interupsi cukup dengan mengangkat tangan kemudian bicara, atau ada cara lain.
Sangat susah bagi kita untuk membedakan agenda studi banding para wakil rakyat itu dengan study tour murid taman kanak-kanak.
Dan, untuk hal remeh-temeh itu, negara harus mengisi kocek anggota DPR yang berangkat sekitar Rp165 juta per orang. Sebuah parade kekonyolan yang sempurna.
Padahal, belajar etika tak perlu jauh-jauh ke Yunani. Masih banyak guru besar etika di berbagai universitas di dalam negeri yang bisa diundang untuk memberi ceramah langsung.
Kenapa harus belajar etika ke Yunani? Kalau itu cuma belajar merokok, belajar cara bicara di depan forum dan cara berpakaian, masa mau belajar berpakaian saja harus ke Yunani, kata Pengamat Parlemen Formappi Sebastian Salang disela-sela diskusi publik di Warung Daun Cikini, Jakarta (23/10/2010)
Menurutnya, Yunani merupakan negara pilihan yang buruk untuk kunjungan DPR apalagi hanya untuk belajar etika.
"Padahal Yunani adalah negara yang tidak berkembang bahkan paling korupsi di Eropa.
Mereka nggak bisa jawab kenapa pilih Yunani, kalau bicara soal Yunani, Yunani bukan negara berkembang yang bagus dan termasuk terkorup se Eropa" katanya
Studi banding yang menghabiskan dana miliaran rupiah ini banyak mendapat banyak tentangan. Bahkan, Ketua Badan Kehormatan DPR Gayus Lumbuun menentang studi banding delapan anggotanya itu. Gayus menilai, tidak ada manfaat dari studi banding tersebut.
Seharusnya mereka belajar etika dari bangsa sendiri. Bukankah negeri kita dikenal sebagai bangsa dengan beragam suku, memegang teguh adat ketimuran, ramah, beradab dan santun? Mestinya bangsa Yunani yang belajar etika kepada kita, bukan sebaliknya.
Dengan ngotot berangkat ke Yunani untuk belajar etika, anggota dewan dengan sendirinya sudah kehilangan etika. Bahkan tergolong kurang ajar, sangat kurang ajar, karena dilakukan Badan Kehormatan yang telah kehilangan kehormatan. Mereka sebagai wakil rakyat telah melukai hati rakyat yang disana-sini masih banyak hidup prihatin. (red/berbagai sumber)