Foto: Farid Faqih mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Hafiz Qur’an 30 juz.

Surabaya – Farid Faqih, pemuda asal Bangkalan, Madura dibebaskan dari biaya kuliah di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya berkat hafal 30 juz Al-Qur’an. Dia kuliah secara gratis sejak semester 1 hingga lulus kuliah nanti.

Mahasiswa jurusan Studi Agama (Ushuluddin) Fakultas Agama Islam (FAI) ini mendaftar kuliah melalui program KIP-Kuliah dengan prestasi hafal Al-Qur’an 30 juz. Tentunya dengan didukung oleh dokumen pribadi dan sertifikat hafal kitab suci Al-Qur’an 30 juz dari program tahfiz.

“Bisa kuliah gratis dari hafal Al-Qur’an 30 juz. Kalau daftar hanya biaya pendaftaran Rp 350 ribu. Gedung, SPP, bebas semua sampai lulus,” kata Faqih kepada wartawan di UM Surabaya, Rabu (20/9/2023).

Faqih mengaku orang tuanya tidak mampu membiayai perkuliahan. Karena itu, sejak di MA Ma’Al Islami Camplong dirinya sudah mengincar KIP-K agar terbebaskan dari biaya selama kuliah dengan prestasi yang dimiliki.

Anak bungsu dari 3 bersaudara ini sejak masih lulus SMP mengikuti program khusus bahasa Arab dan memulai menghafal Al-Qur’an. Ia mengikuti program tersebut selama 1 tahun, kemudian pada tahun berikutnya melanjutkan sekolah MA sekaligus masuk pondok pesantren.

Ia menceritakan bahwa ketika teman-teman sebayanya bermain dia memilih memanfaatkan waktu itu untuk menghafal Al-Qur’an. Bahkan, ketika jam makan dan kegiatan lain di pondok, dia selalu mencari waktu luang untuk hafalan.

“Menghafal Al-Qur’an, kelas khusus setelah SMP lulus sebelum masuk MA. Jeda 1 tahun kelas khusus Bahasa Arab. Kelas 2 MA sudah hafal 30 juz, 3 tahun. Sekarang pastinya senang banget bisa kuliah gratis berkat hafal Qur’an,” cerita anak Nelayan ini.

Setiap hari, Faqih selalu membawa Al-Qur’an berukuran mini di dalam tasnya. Agar setiap waktu luangnya bisa terus membaca ayat suci. Sehingga ia tidak mudah melupakan bacaan Al-Qur’an yang sudah dihafalkan selama ini.

“Kemana-mana bawa Al-Qur’an sebagai penjagaan, kalau lupa bisa dibaca. Di dunia perkuliahan ga semua baca Qur’an dan banyak aktivitas, jadi susah kalau mengulang. Kalau gabut di kampus bisa dibaca,” katanya.

Putra dari pasangan Marsem (52) dan Nur Jali (58) itu memang memiliki 2 cita-cita. Salah satunya sudah dia raih, yakni bisa menghafal kitab suci Al-Qur’an 30 juz dan menjadi dosen.

“Intinya tahfiz incaran dari SMP. Fokus sama cita-cita hafal Al-Qur’an dan Insyaallah jadi dosen di bidang agama,” ujar remaja kelahiran Bangkalan 5 Januari 2004 ini.

Sejak kecil Faqih sudah diajarkan untuk disiplin terkait agama. Termasuk mengaji menjadi bagian yang wajib, karena bisa menjadi bekal selama hidup dan menjadi bekal untuk orang tuanya di akhirat nanti.

“Dari kecil didikan keras, kalau ga ngaji pasti dimarahi, kalau ga salat di masjid pasti dipukul. Benar-benar disiplin sampai bisa seperti sekarang. Ingin membalas jasa orang tua, dididik, dibesarkan. Saya membalas jasanya, jika tidak bisa di dunia, di akhirat saya membalas jasa orang tua saya,” jelasnya.

Pemuda 19 tahun ini menceritakan bahwa kedua kakaknya tidak melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Ia pun termotivasi dengan cita-cita yang harus diraih, oleh karena itu harus kuliah.

“Motivasinya ingin belajar terus sampai mati, meneruskan pendidikan, mewujudkan cita-cita menjadi dosen. Suka di bidang ilmu agama. Lebih ke filsafat agama. Ga cuma belajar Islam tapi juga belajar agama lain,” pungkasnya. (dpe/iwd/detik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami | Pedoman Media Ciber | Disclaimer