Sementara itu data impor produk pangan pada 2012 menunjukkan bahwa, Indonesia masih mengimpor 1,8 juta ton beras, 1,7 juta ton jagung, 1,9 juta ton kedelai, 91,1 ribu ton gula, dan 40,3 ribu ton daging sapi. Indonesia juga masih mengimpor produk pangan lainnya. Indonesia diperkirakan menguras devisa negara sebesar 125 triliun per tahun untuk mengimpor pangan (Sibuea, 2013). Data tersebut menujukkan bahwa Indonesia belum mencapai ketahanan dan kemandirian pangan.
Dalam menyongsong pemerintahan baru Indonesia, sektor pertanian akan menjadi prioritas utama di dalam agenda pembangunan. Hal ini agar sektor pertanian dapat menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri. Atas dasar itulah Indonesia khususnya Kabupaten Kediri harus bangkit dan menjadi tuan rumah dalam bidang pertanian dan ketahanan pangan.
Menyikapi hal tersebut Bupati Kediri, dr. Hj. Haryanti Sutrisno mengatakan bahwa, “kita harus bisa mengembangkan potensi-potensi pertanian yang ada di Kabupaten Kediri. Salah satunya untuk meminimalisir produksi pertanian impor yang masuk kesini, karena kita tidak bisa terus bergantung kepada pangan impor.
Pangan lokal harus dikembangkan, karena Kabupaten Kediri memiliki keranekaragaman hayati yang sangat kaya dan belum dimanfaatkan secara optimal. Melihat kekayaan alam yang kita miliki, saya percaya bahwa kita sebenarnya mampu mewujudkan ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan,“ ujarnya.
Kebijakan produksi dan kebijakan pasar segera diambil oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. “Untuk kedepannya sektor pertanian akan saya tekankan pada program ketahanan pangan agar Kabupaten Kediri bisa mandiri pangan,”. Guna mencapai kemandirian pangan, dibutuhkan pembangunan pertanian dengan paradigma yang berbeda dan keterlibatan banyak pihak. Dulu, pertanian hanya sebagai way of life, dalam paradigma yang baru, pertanian tidak lagi dipandang hanya sebagai cara hidup, tapi juga sebagi bisnis. kata dr. Hj. Haryanti
Ketahanan pangan juga dapat dilakukan melalui peningkatan mutu intensifikasi, perbaikan pascapanen, dan percepatan diversifikasi konsumsi pangan. Peningkatan produksi pangan juga dapat dilakukan melalui peningkatan produksifitas atau intensifikasi seperti penggunaan benih unggul, pemupukan berimbang, pengendalian hama terpadu, dan efisiensi pemanfaatan air. Juga konsep pertanian masa depan yang bisa mewujudkan pertanian yang kompetitif.
Dengan memperhatikan tanah dan strukturnya, tanah harus dikelola dengan baik. Dimulai dari tingkat kesuburan tanah, keasaman tanah, tidak terus menerus ditanami tumbuhan sejenis. Sebagai contoh, sebidang tanah jika ditanami padi atau tebu terus menerus akan dapat merusak kondisi tanah. Jika kondisi tanah rusak, maka produksi pangan juga akan berkurang. Solusinya memang tidak dengan meningkatkan penggunaan pupuk kimia, tetapi lebih ke penggunaan pupuk yang tepat waktu, tepat dosis dan tepat jenis, serta menggalakkan budidaya pertanian organik.
Untuk mendukung program Kabupaten Kediri menuju kemandirian pangan , salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan mengerahkan Petugas Penyuluhan Lapangan ( PPL ) untuk memberikan pengetahuan pertanian kepada masyarakat petani. Sehingga terwujud petani yang tangguh sebagai salah satu komponen untuk membangun pertanian di Kabupaten Kediri yang maju dan efisien guna mewujudkan masyarakat sejahtera.
Kehadiran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tengah-tengah masyarakat tani masih sangat dibutuhkan untuk meningkatkan SDM petani, sehingga para petani mampu mengelola sumber daya alam yang ada secara intensif untuk meningkatan produktifitas dan pendapatan demi tercapainya ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi.
Melalui penyuluh pertanian dapat membantu memberikan pemahaman kepada petani tentang adanya jeda waktu tanah untuk istirahat, pola tanam yang bergantian agar tanah itu bisa istirahat, punya kesuburan tanah dan adanya rotasi oksigen.
Selain itu pemupukan menggunakan pupuk organik jauh lebih baik dan tidak terus menerus menggunakan pupuk kimia, karena hal itu tidak baik untuk tanah. Sangat disarankan untuk membuat pupuk sendiri misalnya dengan pupuk kandang. Apalagi umumnya masyarakat mempunyai ternak seperti sapi, kambing, ayam dan lain-lain. Hasil kotoran dari ternak tersebut dapat diolah sebagai pupuk kandang. Penggunaan pestisida kimia harus diminimalisir agar tingkat kontaminasi tanaman tidak terlalu tinggi resikonya, sehingga produk-produk pertanian aman dan sehat.
Selanjutnya masalah pembibitan juga perlu diperhatikan, yaitu bibit unggul yang akan ditanam harus betul-betul berkualitas baik dan merupakan bibit unggul dengan kriteria siap tanam. Dianjurkan mengambil dari bibit produksi kita sendiri. Jika bibitnya bagus maka produksinya akan bagus pula. Tak lupa penyuluhan dan sosialisasi harus tetap dilakukan agar petani semakin maju dan berkembang.
Penyimpanan hasil panen juga harus diperhatikan. Misalnya di kelompok tani, mereka menyimpan produksi pangan di gudang atau membuat lumbung untuk menyimpan bahan-bahan pangan. Jadi diperlukan revitalisasi kegunaan dari lumbung pangan, yakni bukan sekedar tempat menyimpan hasil pertanian. Tetapi juga menjadi lembaga keuangan pertanian atau penyedia input produksi pertanian. Hal ini akan bermanfaat untuk menyingkirkan peran tengkulak atau bahkan rentenir.
Untuk itu Pemerintah sangat intensif untuk menjembatani masalah pertanian ini. Jika hasil pertanian meningkat maka perekonomian petani juga akan meningkat. Kemandirian pangan sendiri, akan terwujud jika kita mampu mencapai swasembada pangan. Kalau swasembada pangan dan kemandirian tercapai, maka kita tentu akan memiliki ketahanan pangan yang kokoh. (ADV)