Kepala sapi dilarung di kotak kayu sehingga posisinya tetap mengapung. Tidak sampai setengah jam setelah dilepaskan, warga sudah berhasil meraih kotak kayu berisi kepala sapi. Selanjutnya kepala sapi dibawa ke tepi sungai oleh warga yang berhasil merebutnya.
Kegiatan larung sesaji kepala sapi dan rebutan gunungan ini merupakan bagian dari Festival Kali Brantas untuk menyemarakkan HUR Kota Kediri. Larung sesaji adalah sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah yang diberikan kepada masyarakat Kota Kediri.
Sebelumnya, juga dilakukan prosesi Manusuk Sima yang digelar Taman Tirtoyoso Kuwak, dan rebutan gunungan hasil bumi yang diarak di bantaran Sungai Brantas di bawah Jembatan Brawijaya. Ratusan warga tampak ikut berebut mendapatkan polowijo dan buah-buahan yang menjadi isu gunungan.
Berbagai sesajian dilabuhkan di Sungai Brantas, mulai kepala sapi, ternak dan buah-buahan. Sesajian tersebut menjadi ajang rebutan masyarakat, bahkan mereka rela menceburkan diri masuk Sungai Brantas hanya untuk sekedar ‘ngalap berkah'.
Sebelumnya di halaman Balai Kota juga digelar Upacara bendera memperingati Hari Jadi Pemkot Kediri di Halaman Balai Kota Kediri. Tampak seluruh jajaran Muspida, jajaran SKPD dilingkungan Pemkot dan tamu undangan hadir mengikuti jalannya upacara tersebut. Bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Walikota Abdullah Abu Bakar.
Dalam sambutannya, Abdullah Abu Bakar menyampaikan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada seluruh masyarakat yang telah mengharumkan Kota Kediri dengan berbagai prestasi, serta segenap masyarakat yang secara aktif telah berjuang dengan gigih demi berkelanjutan pembangunan Kota Kediri.
Sesuai tema hari jadi Kota Kediri, “Dengan Semangat Hari Jadi Kota Kediri ke 1136, Kita Tingkatkan Partisipasi Dalam Rangka Mensukseskan Program Pemberdayaan Masyarakat”, Mas Abu mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan peringatan ini sebagai sumber motivasi dan kekuatan untuk menghasilkan karya yang lebih baik dan bermanfaat bagi kemajuan Kota Kediri.
Walikota termuda sepanjang sejarah Kota Kediri ini mengajak masyarakat untuk mengingkatkan partisipasi dan bersinergi dalam mensukseskan Prodamas 50 juta per RT sebagai program unggulan Kota Kediri. selanjutnya, Mas Abu mengajak segenap kepala SKPD untuk bekerja lebih keras, mampu membuat perencanaan secara tepat, cepat, selektif dan memperhatikan efisiensi anggaran sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima pada masyarakat.
Penghitungan hari jadi Kota Kediri berdiri berdasarkan pada Prasasti Kwak
Kota Kediri berdiri berdasarkan pada Prasasti Kwak yang ditemukan di Kwak. Atas keteladanan Wka Pu Catura dan sebagai dharmanya, maka ditetapkanlah tanah tegal di Wanua Kwak sebagai sawah pardikan (sima) oleh Raja Mataram, Sri Maharaja Rake Kayuwangi.
Seiring dengan perkembangan zaman berkembang pula Wanua Kwak yang hanya sebagai pardikan menjadi suatu komunitas kehidupan yang mempunyai sistem sosio budaya yang teratur pada zamannya hingga menjadi sebuah kerajaan sebesar Kediri dan berjaya pada masanya.
Dan berdasarkan pada Prasasti Kwak inilah, tanggal akhirnya 27 Juli 879 dijadikan sebagai Hari Jadi Kota Kediri. Pemberian anugerah oleh kerajaan terhadap warga wanua Kwak yang salah satu bagian dari wilayahnya ditetapkan sebagai sima dilakukan dengan upacara penetapan sima atau dalam prasasti dikenal dengan upacara manusuk sima.
Upacara manusuk sima merupakan upacara resmi yang dilakukan oleh suatu daerah yang mendapat anugerah berupa tanah sima dari kerajaan. Sima memiliki pengertian sebidang tanah yang diberi batas, dibebaskan dari pajak-pajak tertentu dan sejumlah kewajiban oleh raja atau pejabat tinggi. Penetapan sima membawa beberapa perubahan terhadap status tanah dan pendukungnya. Hal ini disebabkan tanah sima memiliki beberapa keistimewaan. (pri/bsr1)