"Saya memilih mundur dari pemilihan tahap kedua, dan akan mendukung sepenuhnya KH Said Agil Siraj untuk kembali memimpin NU," kata As'ad.
Pada akhir persidangan, pimpinan sidang juga membacakan surat amanat dari KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang sebelumnya dipilih anggota Ahlul Halli Wal'aqdi (Ahwa) menjadi rais am, yang berisi ketidaksediaan diangkat menjadi rais am. Amanat posisi rais am pun lantas diberikan kepada KH Ma'ruf Amin. Dalam forum Ahwa, wakil ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini mendapat paling banyak dukungan rais Syuriah, dengan jumlah total 333 dukungan.
Ini surat pengunduran diri Gus Mus, ditulis dengan huruf arab pegon
Kiai Mustofa Bisri atau Gus Mus mengundurkan diri saat ditunjuk sebagai rois aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) oleh sembilan kiai Ahlul halli wal Aqdi (Ahwa). Surat pengunduran diri Gus Mus ditulis menggunakan huruf arab pegon.
Surat yang ditulis dengan huruf arab pegon itu disampaikan oleh Panitia Sidang Pleno Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur. Karena Gus Mus menolak, maka Kiai Ma'ruf Amin yang awalnya ditunjuk sebagai wakil rois aam otomatis ditetapkan sebagai pengganti Gus Mus.
"Kami sudah menerima surat ketidakbersediaan Gus Mus, maka Kiai Ma'ruf Amin menjadi ketum sesuai rapat Ahwa (menggantikan Gus Mus)," kata Panitia Pemungutan Suara dalam Sidang Pleno Muktamar, Profesor Ahmad Muzakki, Kamis (6/8) dini hari.
Huruf pegon merupakan huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa dan Bahasa Sunda. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa pgo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Berbeda dengan huruf Jawi, yang ditulis gundul, pegon hampir selalu dibubuhi tanda vokal. Jika tidak, maka tidak disebut pegon lagi. Huruf arab pegon biasa digunakan sebagai santri di pondok pesantren untuk memaknai kitab-kitab kuning. Itu sebabnya pegon biasanya identik dengan NU yang kental tradisi pesantrennya.
Berikut ini teks latin surat pengunduran diri Gus Mus:
Bismillahirrohmanirrohim
Hadrotil afadlil sadati almasyayikh ahlul halli wal'aqdi
al'aizzak- hafidhokumullah
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
waba'd:
Seperti kita ketahui muktamar sekarang ini diwarnai oleh sedikit kisruh yang bersumber dari adanya dua kelompok yang masing-masing menginginkan jagonya lah yang menjadi rois aam. Satu berusaha mempengaruhi muktamirin untuk memilih A, satunya lagi B dan sistem "Ahlul halli wal aqdi" pun dianggap sebagai alat oleh salah satu kelompok tersebut.
Oleh karena itu, demi kemaslahatan jam'iyyah dan sekaligus mengayomi kedua belah pihak yang bersaing tersebut, sebaiknya ahlul halli wal'aqdi tidak memilih dua nama yang dijagokan kedua belah pihak tersebut (A maupun B).
Jabatan rois aam biarlah diserahkan kepada salah satu dari ahlul halli wal'aqdi yang paling mendekati kriteria (Afqohumum waakbaruhum...)
Sedangkan untuk ketua umum tanfidziyah biarlah rois aam terpilih merestui semua calon agar muktamirin bisa bergembira memilih pilihan sendiri-sendiri.
Terima kasih dan mohon maaf.
*(berbagai sumber)