Menurut Umar, Pemerintah Kabupaten Kediri telah melakukan tindakan sembrono dengan membuka akses kepada pengunjung untuk mendekati titik letusan. Bahkan, setelah erupsi tahun 2007 yang diiringi munculnya kubah lava, sebuah anak tangga dibangun untuk memberi ruang pengunjung mencapai material vulkanik itu dari jarak terdekat.
Umar menegaskan apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kediri sangat membahayakan keselamatan pengunjung. Sebagaimana sifat gunung api yang aktif, Gunung Kelud masih bisa memunculkan letusan freatik yang melontarkan lumpur, debu, atau gas dari perut bumi. Meski tak sebesar letusan biasa, letusan freatik ini cukup mengancam siapa pun yang berada di dekatnya.
“Celakanya letusan freatik ini muncul tiba-tiba dan tidak bisa dipantau dengan alat,” ujar Umar.
Letusan yang terjadi pada 13 Februari 2014 lalu, menurut Umar, cukup menjadi pelajaran bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi kawasan wisata, terutama di kawasan puncak. Sebab, saat ini seluruh infrastruktur tersebut dipastikan luluh lantak. Padahal, biaya pembangunannya, termasuk jalan, lahan parkir, balai pertemuan, dan gardu pandang, telah menelan anggaran miliaran rupiah.
Faktor lain yang wajib diperhitungkan, menurut Umar, adalah periodesasi letusan Gunung Kelud yang tak terduga. Setelah berhenti sejak letusan tahun 1990, Kelud kembali bergolak pada tahun 2007 atau 17 tahun berselang. Namun, tak disangka tujuh tahun berikutnya Kelud kembali meletus dalam skala besar di tahun 2014.
“Pendapatan secara ekonomi untuk mengembalikan biaya pembangunan fasilitas wisata belum seluruhnya bisa diraih, malah sudah hancur lagi,” ucap Umar.
Wakil Bupati Kediri Masykuri menegaskan akan melanjutkan kembali pembangunan fasilitas pariwisata Gunung Kelud seperti semula. Bahkan, dengan kehadiran danau kawah ini dipastikan bisa lebih mendongkrak nilai jual tempat itu seperti era sebelum tahun 2007.
“Kami optimistis pariwisata Kelud akan segera pulih,” tuturnya.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Kediri Edhi Purwanto berharap letusan Kelud ke depan akan memiliki fase yang cukup panjang seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal ini akan memberi ruang bagi pembangunan pariwisata Kelud tanpa dihantui ancaman letusan kembali. (tempo)