Pasalnya, kemarau panjang yang terjadi lebih dari 6 bulan terakhir menyebabkan kedalaman sumber mata air menyusut hingga kedalaman 10 meter.
“Saat ini kami sedang kesulitan air akibat kemarau panjang,” kata salah satu petani dalam dialognya dengan cabup Haryanti.
Menanggapi permasalahan tersebut, Haryanti mengimbau agar petani memanfaatkan mesin diesel untuk menyedot air. Sementara tanggul air yang diminta petani, akan segera dicarikan solusi terlebih dahulu.
“Untuk sementara bapak-bapak memakai diesel dulu, sambil kami carikan solusinya bersama-sama,” ujar Haryanti.
Dalam dialog dengan para petani, Haryanti mengimbau agar petani memanfaatkan mesin diesel untuk menyedot air. Sementara tanggul air yang diminta petani, akan segera dicarikan solusi terlebih dahulu.
“Untuk sementara bapak-bapak memakai diesel dulu, sambil kami carikan solusinya bersama-sama,” ujar cabup Haryanti yang berpasangan dengan cawabup Masykuri (HarMas) nomor urut: 1.
Usai bertemu dengan para petani di desa Merjoyo, Haryanti kemudian mengunjungi sentra industri pembuatan sepatu milik Nurdin di desa Dayu. Haryanti sempat melihat-lihat proses pembuatan sepatu dan mengambil bahan dari karet sebagai alas kaki.
Pada kesempatan itu, Haryanti menyarankan agar pengrajin sepatu tidak ketinggalan mode yang tengah ngetren. Haryanti memiliki keinginan untuk menyulap kawasan itu menjadi industri pembuatan sepatu mengingat permintaan sepatu kian tinggi, namun ketersediaan yang ada sangat minim.
“Kami berharap, suatu saat jika kembali menjadi bupati, kawasan ini menjadi sentra industri pembuatan sepatu, agar lebih dikenal masyarakat luas,” harapnya.
Sentra industri pembuatan sepatu milik Nurdin di desa Dayu ini mampu memproduksi hingga 1.000 biji dalam sekali pemesanan. Sedangkan satu pasang sepatu dibandrol Rp 40 ribu. Produk ini telah dipasarkan di berbagai daerah, hingga ke luar pulau jawa. (rif/bsr1)