Jakarta – Nabi Hud Alaihissalam diutus pasca banjir besar yang menghancurkan umat Nabi Nuh. Nabi Hud berasal dari kKaum Ad, diutus untuk memberi peringatan kepada Kaum Ad agar kembali ke jalan yang benar.
Dilansir dari Buku Kisah Para Nabi Pra Ibrahim Dalam Perspektif Alquran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nicholas Clapp seorang warga Amerika Serikat (AS) pemenang award dalam pembuatan film dokumenter.
Clapp sangat tertarik mempelajari riwayat-riwayat dalam tradisi Arab Purba, antara lain mengenai bangsa Ad dan kota Iram tempat bangsa Ad. Clapp kemudian mencermati pernyataan yang terdapat di dalam Alquran Surat Al-Fajr Ayat 6-9. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ
“Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) Ad, (yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)? (Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah.” (Surat Al-Fajr Ayat 6-9)
Clapp juga mencermati, tradisi Islam tentang riwayat kaum Ad, begitu juga tradisi Arab Purba. Ini dilakukannya sejak 1982 (Ostling, 1992).
Menurut tradisi Arab Purba, kota Iram dibangun oleh Syaddad bin Ad. Dalam legenda itu disebutkan Syaddad bin Ad membuat sebuah kota oasis yang dikelilingi oleh permata di gurun selatan untuk menyaingi surga (al-Salih, 1985).
Tetapi karena bangsa Ad durhaka kepada Nabinya, Allah SWT menghancurkan kota itu. Nama kota yang dibangun Syaddad bin Ad itu adalah Ubhar.
Banyak orang Arab percaya bahwa Ubhar dan Iram adalah dua nama yang berbeda untuk kota yang sama.
Pada 984, Clapp bersama Professor Juris Zarins pakar arkeologi Arabia dari Southwest Missouri State University dan Sir Ranulph Fiennes serta George Hedges mengajukan proposal kepada California Institute of Technology’s Jet Propulsion Laboratory (CALTECH-JPL), NASA.
Melalui proposal itu mereka meminta bantuan NASA untuk memotret kawasan Arabia Selatan dari Pesawat Ulang Alik Challenger, menggunakan teknik SIR (Satellite Imaging Radar). Teknik SIR ini mampu memotret sampai kedalaman 200-400 meter di bawah permukaan tanah.
NASA menyetujui proposal Clapp tersebut, dan pada tahun itu juga Challenger melakukan pemotretan di Arabia Selatan dari antariksa menggunakan teknik SIR-B. Setelah dilakukan dua kali pass-over di atas Arabia Selatan, didapatkanlah foto-foto yang menakjubkan.
Setelah melalui pemrosesan dengan komputer, foto-foto itu memperlihatkan bahwa di kedalaman 183 meter di bawah permukaan tanah terlihat suatu spot, dengan garis-garis panjang yang semuanya mengarah ke spot tersebut (Ostling, 1992).
Sisa bangunan Kaum Ad
Untuk meyakinkan hasil itu, NASA meminta bantuan Perancis untuk melakukan pemotretan pada daerah yang sama menggunakan satelit yang dilengkapi optical sensing system. Ternyata hasil pemotretan satelit Perancis tersebut identik dengan hasil yang diperoleh NASA.
Analisis foto-foto tersebut menunjukkan bahwa di kedalaman sekitar 200 meter di bawah tanah, kemungkinan ada kota tua yang terbenam, sedang garis-garis putih yang ada pada foto itu kemungkinan adalah jalan-jalan karavan tua yang mengarah ke kota tersebut (Ostling, 1992).
Pada Februari 1992, tim ini berhasil mengangkat suatu bangunan raksasa berbentuk persegi delapan, dengan menara-menara serta dinding-dinding yang tinggi.
Penemuan ini sangat menakjubkan sehingga para arkeolog tersebut kemudian menyitir Alquran (Surat al-Fajr Ayat 7). Bahwa kota Iram mempunyai pilar-pilar yang tinggi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ “(yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi.” (QS Al-Fajr ayat 7)
Seiring penemuan ini, kota yang eksistensinya diragukan selama beratus tahun oleh para sejarawan, sekarang ini telah terbukti keberadaannya secara sangat meyakinkan. (republika)