Setiap RT di Kota Kediri mendapat kucuran dana Rp 50 juta untuk anggaran pembangunan. Dana sebesar itu dibagi menjadi 60% untuk pembangunan fisik, 20% untuk kegiatan ekonomi dan 20% lagi untuk kegiatan sosial. Pada tahun 2015, tercatat Kota Kediri memiliki 1.436 RT sehingga anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 72 miliar.
Menurut Wali Kota Kediri – Abdullah Abu Bakar, butuh waktu penyelesaian 10 – 15 tahun jika pembangunan dalam skala kecil dilakukan oleh Satuan Kerja. Namun dengan Prodamas, pembangunan bisa selesai dalam waktu 2 – 3 tahun anggaran saja. Hal itu bisa dibuktikan karena sejak diluncurkan Maret lalu, Prodamas sudah 95% rampung.
"Kata kunci kenapa pembangunan dapat diselesaikan dalam waktu amat singkat karena masyarakat setempatlah yang tahu kebutuhan mereka. Apalagi mereka dilibatkan secara langsung," kata Abu. Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan Prodamas. Tahun 2016 akan dilaksanakan lagi Prodamas fase kedua.
Wali Kota Kediri – Abdullah Abu Bakar mengaku memang tidak ingin membangun dari pusat kota. Sebaliknya ia fokus pada kampung. Maka itu, RT menjadi objek sekaligus subjek. Dengan uang Rp 50 juta yang diberikan sejak setahun lalu, pihak RT merencanakan dan menyelesaikan sendiri masalah yang paling krusial.
"Semuanya membangun. Penataan dan pendirian fasilitas umum diambil dari situ. Selain pembangunan fisik, dana itu juga digunakan kegiatan sosial seperti les bahasa Inggris, les mengaji atau untuk membantu siswa yang kurang mampu," jelas pria yang memiliki latar belakang sebagai pengusaha itu.
Menurut Abu, sekarang lurah di Kota Kediri bisa berjalan gagah. Mereka tidak khawatir melintas di gang-gang kecil karena ditagih warga soal pembangunan ini-itu. "Sekarang tanggung jawabnya (pembangunan) ada di Pak RT," imbuh Abu. Dengan adanya program ini, Abu ingin warga bisa merasakan langsung efek kucuran APBD.
Selain kampung atau RT, Abu mulai memikirkan penataan ulang ruang publik. Bagi pria 35 tahun ini, waktu 5 tahun tak terlampau lama. Maka ia memprioritaskan hal-hal utama. Bukan sesuatu yang monumental, melainkan yang berguna bagi warga. Sederhana tapi mengena. (adv/humas)