Foto: tradisi Manten Sapi di Pasuruan

MAJALAHBUSER.com – Umat muslim di dunia punya dua hari raya penting yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Sama halnya dengan Idul Fitri, Indonesia juga punya tradisi Idul Adha yang menarik untuk kamu ketahui.

Siapa tahu, kamu ada rencana bepergian ke daerah tersebut ke depannya. Informasi ini akan membantumu lebih cepat beradaptasi, lho.

Menyembelih hewan kurban memang pokok kegiatan saat Idul Adha. Namun, beberapa daerah dan masyarakat di Indonesia juga punya tradisi unik yang tetap perlu dijaga dan lestarikan. Simak daftar tradisinya di bawah ini!

1. Meugang di Aceh

Meugang adalah tradisi yang bermakna sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Aceh terhadap Tuhan. Kegiatan ini dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat Aceh dengan memasak daging dan makan bersama keluarga serta kerabat.

Prosesnya berawal dengan pemotongan hewan kurban. Kemudian lanjut dengan membagikan daging ke warga sekitar dan fakir miskin. Meski inti acaranya adalah penyembelihan dan pembagian daging kurban, namun ada juga masyarakat Aceh yang langsung membeli daging di pasar lho.

Tradisi ini juga menjadi bentuk upaya mempererat hubungan kekeluargaan di masyarakat Aceh.

2. Apitan di Semarang

Kamu memiliki rencana berlibur ke Semarang di libur Idul Adha kali ini? Jika iya, maka wajib banget untuk mengikuti tradisi Apitan.

Apitan menjadi bentuk rasa syukur warga setempat atas rezeki (hasil bumi) dari Tuhan. Isi acara ini adalah pembacaan doa dan arak-arakan hasil pertanian dan peternakan warga setempat.

Nantinya, warga yang ikut hadir di acara Idul Adha ini akan berebut untuk mengambil hasil tani yang menjadi arakan. Kamu yang tertarik mengikuti acara ini sebaiknya menggunakan outfit yang nyaman dan berhati-hati agar tidak terluka saat berebut.

3. Gamelan Sekaten di Surakarta

Pengaruh Wali Songo dalam kegiatan masyarakat di Jawa memang cukup kental. Salah satunya adalah tradisi gamelan sekaten di Surakarta.

Tak hanya saat Idul Adha, gamelan sekaten juga menjadi tradisi Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad saw. Khusus saat perayaan Idul Adha, tabuhan musik gamelan akan mulai setelah shalat Idul Adha selesai.

Acara ini terbuka untuk umum, jadi bisa banget kamu masukkan ke daftar kegiatan saat berlibur ke Surakarta. Biasanya, warga yang menyaksikan gamelan sekaten akan mengunyah kinang.

Menurut warga setempat, kegiatan mengunyah kinang bertujuan agar mereka mendapat umur panjang dan bisa menyaksikan tradisi ini di tahun-tahun berikutnya.

4. Grebeg Gunungan di Yogyakarta

Tradisi Grebeg Gunungan ini berawal dari halaman Keraton Jogja, Alun-Alun Utara hingga Masjid Gede Kauman. Ada 7 buah gunungan yang tersusun sedemikian rupa dalam tradisi ini.

Ketujuh gunungan akan dibagi di 3 tempat berbeda yakni halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan serta Puro.

Nantinya, warga setempat yang ikut menonton juga akan berebut hasil tani yang diarak. Menurut kepercayaan setempat, jika kamu berhasil mengambil hasil bumi dalam bentuk gunungan ini maka artinya bisa mendatangkan berkah.

Uniknya, tradisi ini juga dilakukan saat lebaran Idul Fitri. Hanya saja nama tradisinya berbeda, yakni Grebeg Syawal.

4. Manten Sapi di Pasuruan

Tak hanya sepasang manusia saja yang mendapat status manten atau pengantin di Jawa. Kamu bisa menemukan tradisi Manten Sapi di Pasuruan. Lebih tepatnya di Desa Watestani, Grati, Pasuruan.

Tradisi ini berlangsung sehari sebelum hari raya Idul Adha. Masyarakat setempat mengadakan acara ini untuk memberikan penghormatan terhadap sapi dan hewan kurban yang akan disembelih keesokan harinya.

Prosesnya dimulai dengan memandikan sapi menggunakan air kembang layaknya acara siraman di pernikahan. Kemudian, para sapi juga akan mengenakan kalung dari bunga tujuh rupa. Bagian tubuh juga ditutup menggunakan kain putih.

Setelahnya akan berlangsung arak-arakan menuju masjid untuk menyerahkan mereka ke panitia.

5. Toron dan Nyalase di Madura

Masyarakat Madura memiliki tradisi unik di hari raya Idul Adha. Mereka yang bekerja atau tinggal di luar Madura akan berbondong-bondong untuk “mudik” saat hari raya kurban. Hanya saja, penyebutan mudik dalam bahasa Madura adalah toron.

Saat toron ke Madura, warga setempat juga melakukan nyalase. Dalam bahasa Madura, nyalase berarti nyekar atau ziarah ke makam untuk mendoakan para leluhur. Kegiatan nyalase ini biasa mereka lakukan setelah pelaksanaan shalat Idul Adha.

Kalau kamu punya rencana pulang kampung, ziarah, maupun bersilaturahmi bersama keluarga bisa banget mewujudkannya dengan aplikasi Traveloka. Berbagai kebutuhan seperti beli tiket pesawat, kereta, maupun sewa mobil serta akomodasi cukup dengan satu klik saja.

6. Jemur Kasur di Banyuwangi

Banyuwangi dikenal dengan panorama alamnya yang eksotis. Namun, warga setempat juga punya tradisi unik saat Idul Adha yakni Jemur Kasur atau Mepe Kasur.

Tradisi ini secara khusus dilakukan oleh suku Osing yang ada di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi. Prosesnya dimulai dengan Tari Gandrung yang kemudian berlanjut dengan penjemuran kasur. Semua warga akan menjemur kasur di depan rumah dari pagi hingga sore hari.

Uniknya, kasur-kasur warga desa ini adalah kasur gembil dengan warna corak hitam dan merah. Hitam memiliki arti langgeng dan merah itu berani. Tradisi ini berlangsung menjelang hari raya kurban dengan tujuan menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga.

7. Ngejot di Bali

Tak hanya terkenal dengan pariwisatanya, Bali juga identik dengan toleransi beragama yang tinggi. Perbedaan agama di masyarakat Bali justru menghasilkan tradisi yang penuh makna.

Salah satunya adalah tradisi ngejot. Ini adalah rutinitas umat beragama di Bali untuk merayakan hari penting dalam keagamaan, termasuk saat Idul Adha.

Warga muslim Bali akan menjalankan tradisi ini dengan berbagi makanan, minuman, serta buah kepada tetangga nonmuslim. Kegiatan ini adalah bentuk rasa syukur warga muslim terhadap tetangganya yang memiliki toleransi tinggi.

Ngejot sendiri sudah berjalan turun-temurun hingga saat ini. Jadi, saat kamu berlibur di Bali jangan heran saat tradisi ini berlangsung, ya.

8. Accera Kalompoang di Gowa

Sulawesi Selatan, tepatnya Gowa juga punya tradisi hari raya Idul Adha yang sangat sakral, yaitu Accera Kalompoang.

Tradisi ini berlangsung selama dua hari berturut-turut, yang dimulai saat sehari menjelang Idul Adha dan hari raya itu sendiri. Ini adalah acara resmi untuk mencuci benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa.

Prosesinya dilakukan di Istana Raja Gowa atau Rumah Adat Balla Lompoa. Acara Idul Adha ini sendiri menjadi salah satu upaya untuk mempersatukan keluarga kerajaan dengan pemerintah.

9. Kaul Negeri dan Abda’u di Maluku Tengah

Terakhir ada tradisi Kaul Negeri dan Abda’u dari warga Negeri Tulehu. Ini adalah acara adat warga setempat yang unik dan tidak kamu temukan di daerah lain.

Prosesnya, pemuka adat dan agama di Negeri Tulehu akan menggendong 3 ekor kambing dengan kain setelah shalat Idul Adha selesai. Mereka akan berjalan mengelilingi desa dengan iringan takbir dan shalawat menuju masjid.

Baru setelahnya, penyembelihan hewan kurban akan berlangsung setelah Ashar. Tujuan perayaan Idul Adha yang sudah berjalan ratusan tahun ini untuk menolak bala serta meminta perlindungan kepada Tuhan.

Itulah beberapa tradisi Idul Adha di Indonesia. Apakah kampung halamanmu juga memiliki tradisi sendiri? (traveloka)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami | Pedoman Media Ciber | Disclaimer