Visualisasi erupsi yang disertai kilatan petir vulkanik terjadi di Gunung Ruang yang berlokasi di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, Rabu (17/4/2024). ANTARA/HO-PVMBG/aa.

Jakarta – Letusan Gunung Ruang tak hanya menghasilkan gumpalan abu vulkanik, gas, dan awan panas melainkan juga memicu terciptanya fenomena alam spesial berupa kilatan petir vulkanik pada lapisan troposfer bumi.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan petir vulkanik itu tidak menimbulkan dampak kerusakan karena berada di sekitar lubang erupsi tempat material vulkanik keluar.

“Itu akibat suhu tinggi yang memanaskan ion-ion gas oleh karenanya terjadi loncatan muatan listrik,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Proses pembentukan petir juga sama pada gunung meletus di mana kolom erupsi yang mengandung partikel-partikel abu vulkanik, air, maupun gas saling bertabrakan yang dapat menghasilkan muatan statis.

Peneliti Gunung Api dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Dini Nurfiani mengatakan kolom erupsi tersebut dapat terjadi klaster atau kelompok area yang bermuatan negatif dan area lain yang bermuatan positif.

“Jika kolom erupsi bertambah besar atau tinggi, area yang berbeda muatan tersebut akan terpisah jauh dan menciptakan kilatan,” kata Dini.

Studi McNutt & Williams (2010) memaparkan parameter lain yang berperan penting pada mekanisme terjadinya petir vulkanik adalah kandungan jumlah air pada kolom erupsi yang berasal dari magma (bukan dari atmosfer) yang bisa jadi lebih banyak dibandingkan kandungan air pada atmosfer di area gunung tersebut.

Kandungan air dalam magma akan terlepas saat letusan. Studi itu juga menerangkan bahwa kejadian petir vulkanik umum teramati pada erupsi yang eksplosif dengan kolom erupsi yang tinggi (lebih dari 7 kilometer atau pada skala VEI 3-5).

Pada 17 April 2024, pukul 20.15 WITA, Gunung Ruang mengalami erupsi besar yang melontarkan abu vulkanik setinggi 3 kilometer. Letusan itu juga dibarengi dengan awan panas yang meluncur sejauh 1,7 kilometer ke arah pantai Pulau Ruang.

Bahkan, Pulau Tagulandang yang berjarak 10 kilometer dari Pulau Ruang mengalami hujan batu dan pasir akibat peristiwa erupsi malam itu.

Letusan Gunung Ruang memicu pertumbuhan awan langka berupa Cumulonimbus flammagenitus yang berkembang secara vertikal yang juga dikenal sebagai pyrocumulus.

Dini menjelaskan awan jenis itu dihasilkan akibat adanya sumber panas seperti yang terjadi ketika Gunung Ruang meletus. Bahkan, kebakaran hutan juga acapkali memicu pertumbuhan awan pyrocumulus.

Ketika erupsi, gunung api tidak hanya mengeluarkan material vulkanik tapi ada juga energi panas yang dapat memanaskan udara di atas kawah atau area atas gunung api tersebut.

“Udara panas tersebut akan naik secara konveksi yang diiringi dengan pencampuran gas, air, material vulkanik hingga terbentuk gumpalan awan vertikal,” pungkas Dini.

Gunung Ruang memiliki ketinggian puncak 725 meter di atas permukaan laut dan sekaligus membentuk satu pulau tersendiri yang terpisah dengan pulau lainnya.

Pulau Ruang memiliki dua kampung, yakni Kampung Limpatehe dan Kampung Pumpente. Lokasi kedua kampung dengan jumlah penduduk 838 jiwa itu hanya berjarak 2,5 kilometer dari puncak Gunung Ruang.

Seluruh penduduk di Kampung Limpatehe dan Kampung Pumpente sudah dievakuasi ke tempat aman agar mereka terhindar dari bahaya erupsi dan awan panas.

Badan Geologi catat Gunung Ruang erupsi eksplosif beberapa kali

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, erupsi eksplosif hingga beberapa kali.

“Erupsi eksplosif terjadi pada tanggal 16 April 2024 pukul 21.45 WITA, tanggal 17 April 2024 pukul 01.08 WITA dan pukul 05.05 WITA,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam rilis yang diterima ANTARA Manado melalui Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku Juliana DJ Rumambi di Manado, Kamis.

Kolom letusan eksplosif tersebut mencapai ketinggian kira-kira lebih dari 2.500 meter dari puncak kawah (pengamatan di darat).

Kepala Badan Geologi menambahkan, pada tanggal 17 April pukul 18.00 WITA kembali tercatat erupsi di Gunung Ruang, kemudian di tanggal yang sama pukul 20.15 WITA terjadi erupsi menerus.

Erupsi tersebut disertai dengan suara gemuruh dan getaran terasa hingga ke Pos PGA Ruang di Desa Tulusan, Kecamatan Tagulandang.

Pada saat erupsi tanggal 17 April 2024 pukul 20.15 WITA, visual di Pulau Ruang teramati erupsi eksplosif disertai dengan lontaran material pijar disertai awan panas yang mengakibatkan hujan batu dan pasir di Pulau Tagulandang.

Aktivitas erupsi menerus tersebut juga terekam di stasiun seismik di Gunung Karangetang (Pulau Siau/Kabupaten Kepulauan Sitaro), Gunung Awu (Kabupaten Kepulauan Sangihe), Soputan (Kabupaten Minahasa Tenggara), Tangkoko (Kota Bitung), Lokon dan Mahawu di Kota Tomohon.

Rekaman erupsi yang berasal dari Gunung Ruang di stasiun Gunung Awu, Soputan, Tangkoko, dan Mahawu mulai mereda pada tanggal 18 April 2024 pukul 02.50 WITA.

Hingga pukul 06.00 WITA, erupsi sudah tidak terekam di stasiun-stasiun gunung tersebut.

Gunung Ruang berada di Pulau Ruang, bersebelahan dengan Pulau Tagulandang Kabupaten Kepulauan Sitaro.

Untuk menjangkau Pelabuhan Tagulandang dibutuhkan waktu sekitar tiga jam menggunakan kapal cepat dari Pelabuhan Manado, kemudian dari Tagulandang menyeberang ke Pulau Ruang. (ant).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami | Pedoman Media Ciber | Disclaimer