Foto: Wanita histeris (pakai hijab) di rapat Komisi III DPR menyambangi Bareskrim Polri.

Jakarta – Rapat kerja (Raker) Komisi III DPR RI dengan Kapolri diinterupsi seorang perempuan dari atas balkon yang mengaku sebagai korban penipuan investasi Koperasi Niaga Mandiri Sejahtera Indonesia (NMSI). Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang tengah menjawab pertanyaan anggota DPR pun mendengarkan teriakan perempuan itu dan berjanji akan menemuinya setelah rapat.

Kejadian itu terjadi ketika Jenderal Sigit dipersilakan oleh pimpinan rapat, Desmond J Mahesa, untuk menjawab pertanyaan para anggota Komisi III DPR terkait evaluasi kinerja Polri tahun 2022, pukul 13.28 WIB. Setelah dipersilakan, Jenderal Sigit lalu sempat menengok ke arah balkon merespons teriakan tersebut.

Tak hanya itu, Desmond juga bereaksi atas teriakan wanita tersebut. Dia meminta agar pamdal mengamankan wanita itu.

“Tolong diamankan ya, ini rapat pimpinan, Anda bukan anggota DPR, nanti wawancara di luar, atau saya keluarkan dari sana,” kata Desmond saat rapat, Rabu (12/4).

“Silakan Pak Kapolri,” lanjut Desmond.

Meski demikian, wanita itu tetap bersikeras berteriak saat Jenderal Sigit kembali melanjutkan penjelasannya. Jenderal Sigit pun memberikan kesempatan kepada wanita itu berteriak sambil menengadahkan tangan ke arah balkon. Jenderal Sigit juga berjanji akan menemui wanita itu.

“Biar aja nanti ketemu dengan saya nggak masalah,” ujar Sigit.

Kapolri Minta Kabareskrim-Kadiv Propam Tangani Masalah Wanita Histeris di DPR

Usai Raker, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto dan Kadiv Propam Polri Irjen Syahar Diantono menemui seorang ibu yang histeris di tengah rapat Kapolri dan Komisi III DPR. Jenderal Sigit mengatakan mereka tengah mendalami kasus yang diadukan wanita tersebut.

“Ini saya minta Pak Kabareskrim dan Kadiv Propam temuin terkait permasalahannya apa,” kata Jenderal Sigit kepada wartawan usai rapat bersama Komisi III DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/4/2023).

Jenderal Sigit telah memberikan arahan kepada anggotanya agar segera menangani kasus itu apabila memang selama ini kasusnya mandek.

“Saya sudah arahkan kalau terkait dengan keterlambatan atau mungkin ada masalah-masalah pada saat proses penanganan yang dilakukan anggota saya minta untuk segera diambil langkah sehingga prosesnya bisa berjalan,” katanya.

Namun, lanjut Jenderal Sigit, kasus itu tidak lagi bisa ditangani Polri apabila berkasnya sudah diserahkan ke persidangan. Dia menekankan akan memberi perhatian penuh atas kasus yang diadukan ini.

“Kecuali memang prosesnya sudah bergulir di persidangan tentunya bukan kewenangan kita lagi. Tapi selama masih di dalam kewenangan kita saya minta untuk diperhatikan.

Sebelumnya, seorang wanita tiba-tiba berteriak histeris dari atas balkon ruang rapat Komisi III DPR RI. Momen itu terjadi saat Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sedang rapat bersama Komisi III DPR RI.

Laporan Investasi Bodong Wanita Histeris di DPR Bakal Ditarik ke Bareskrim

Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto akan menarik laporan investasi bodong budi daya lebah yang dilaporkan Sri Hartaningsih. Hal itu dilakukan agar kasus dapat ditangani secara komprehensif.

Sri merupakan wanita histeris di balkon ruang rapat Komisi III DPR RI saat rapat bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Tak hanya laporan Sri, Agus juga akan menarik laporan korban lain yang ada di sejumlah daerah.

“Keputusan rapat tadi demikian, agar bisa ditangani secara komprehensif,” kata Komjen Agus kepada wartawan, Kamis (13/4/2023).

Agus mengatakan penyelidikan kasus investasi bodong budi daya Lebah itu masih berjalan. Dia mengatakan pihaknya akan melakukan konstruksi awal kasus tersebut setelah semua kasus ditarik ke Bareskrim Polri.

“Berjalan prosesnya, hanya mungkin tidak tuntas dan sebagian terhalang dengan proses kepailitan yang diciptakan. Kejadian lintas provinsi menurut saya lebih tepat ditarik ke Bareskrim agar lebih pas mengkonstruksikan,” ujarnya.

Agus belum bicara banyak terkait jumlah laporan yang akan ditarik ke Bareskrim. Dia mengaku sudah memerintahkan anggotanya untuk mendata jumlah laporan polisi terkait investasi bodong budi daya Lebah tersebut.

“Ke Karobinops ya, tadi saya minta datakan dan menarik perkara tersebut ke Bareskrim,” ujarnya.

Sri Ngaku Rugi Rp 400 Juta

Sebelumnya, wanita histeris di balkon ruang rapat Komisi III DPR RI saat rapat bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ternyata korban investasi bodong budi daya Lebah. Wanita bernama Sri Hartiningsih mengaku merugi mencapai Rp 400 juta.

“Kami mengucapkan terima kasih atas bantuannya untuk mewakilin atas kasus kami, penipuan investasi bodong berkedok kemitraan budi baya klanceng yang awalnya dialami oleh koperasi NMSI kemudian berlanjut dengan PT MBM. Adapun untuk modusnya adalah kurang lebih sama dan korban mencapai ribuan orang dengan total kerugian baik dari koperasi NMSI maupun PT MBM sekitar mencapai Rp 1 Triliun lebih,” kata Sri Hartiningsih kepada wartawan di Bareskrim Polri, Kamis (13/4/2023).

Sri menyebut korban investasi bodong budi daya Lebah itu berkisar 30 ribu orang dengan total kerugian mencapai Rp 1 triliun. Dia berharap kasusnya tersebut akan terus dikawal.

30 ribu korban investasi bodong budidaya Lebah itu berasal dari berbagai wilayah seperti Bali, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Sumatra Selatan. Dia menyebutkan investasi itu menawarkan kemitraan kerja sama berupa budi daya Lebah.

Dia mengatakan para korban membeli satu kotak budidaya Lebah senilai Rp 1,2 juta dengan keuntungan Rp 400 ribu dalam empat bulan. Namun para korban kesulitan saat ingin berhenti bermitra budi daya Lebah tersebut.

“Setelah beli ternak Lebah itu dibeli, Rp 1,2 juta per kotak, setelah kotak Lebah ini dibeli mereka dijanjikan akan memperoleh bagi hasil, senilai Rp 400 ribu selama 4 bulan,” kata Hero.

“Jadi kalau misalnya Anda beli Rp 1,2 juta kemudian 4 bulan kemudian mau lanjut, atau putus. Kalau mau lanjut itu dapat Rp 400 ribu, stup diambil ditukar, kalau berhenti dapat Rp 1,6 juta. Belakangan akhirnya yang mau mengajukan panen putus itu sangat sulit,” imbuhnya.

“Tidak semua yang menjadi korban itu seberuntung kami, kami ini masih beruntung, kami masih hidup, kami masih sehat, kami masih punya tenaga, biaya, dan juga waktu untuk hadir di sini memperjuangkan nasib kami karena rekan-rekan kami sesama korban ini ada yang sakit, ada yang gila, ada yang meninggal ada yang bunuh diri makanya saya kemarin itu sampai emosional dan tidak sedikit yang tercerai berai karena kasus ini,” ujar Sri.

“Kami tidak minta banyak, kami cuma minta satu, kami cuma minta hak kami, kami tidak meminta lebih, tidak ada, kami cuma minta tolong ya kawal terus kasus ini tanpa kalian semua kami tidak bisa, tidak mampu, bahkan mungkin kepolisian tidak mau menerima kami,” imbuhnya. (detik)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami | Pedoman Media Ciber | Disclaimer