Jakarta – Debat ketiga Pilpres 2024 yang dikuti tiga capres dengan tema pertahanan hingga geopolitik masih jadi perhatian. Salah satunya terkait pembelian alutsista pesawat temput bekas yang jadi program Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
Budayawan Sujiwo Tejo menilai ada kekurangan dalam debat ketiga yang digelar akhir pekan lalu. Menurut dia, kekurangan itu fatal.
Bagi Tejo, secara logika ada yang salah dengan perhelatan debat ketiga. Namun, ia meminta pernyataannya ini jangan membuatnya dianggap sebagai pendukung Prabowo.
“Tapi, kalau saya ngomong jangan dibilang aku mendukung Pak Prabowo ya. Saya mendukung semuanya,” kata Tejo selaku panelis dalam program Menuju Pemilu tvOne yang dikutip VIVA pada Minggu malam, 14 Januari 2024.
Dia bilang kekurangan dari debat ketiga seperti bukan debat antar capres. Namun, ia menilai debat ketiga itu antara capres dengan menhan. Tejo menyebut Prabowo dalam debat ketiga tak diperlakukan sebagai capres tapi menhan.
“Jadi, harusnya Pak Prabowo diperlakukan sebagai calon presiden gitu, bukan Menteri Pertahanan. Itu Fatal menurut aku,” tutur Tejo.
Pun, dia menuturkan seharusnya yang ditanya dalam debat ketiga ada visi ke depan tentang sektor pertahanan. Namun, dalam debat justru yang ditanya soal kemarin-kemarin.
“Bukan yang kemarin-kemarin. Karena kemarin-kemarin dia sebagai Menteri Pertahanan. Gimana bisa terjadi di Indonesia ini, logikanya,” sebut Tejo.
Lebih lanjut, dia menambahkan untuk alutsista, semua dunia sudah tahu. “Itu termasuk pesat bekas. Menurutku pesawat bekas masih lebih bagus dari pada bekas pesawat gitu loh,” jelas Tejo.
Presenter Dwi Anggia pun sempat menanggapi paparan Tejo soal pernyataan seharusnya ditanya visi misi ke depan.
“Karena Prabowo di situ bukan sebagai Menteri Pertahanan,” tutur Tejo menjawab Dwi Anggia.
Lantas, Dwi Anggia masih bertanya bukankah wajar kalau orang ingin tahu program yang sudah dilakukan menhan.
“Kalau orang pengen tahu yang sudah dilakukan selama jadi menhan, wajar dong?” tanya Dwi Anggia.
Tejo menjawab hal itu tak wajar. Sebab, status Prabowo memang kebetulan masih sebagai menhan.
“Ya, gak wajar. Kebetulan dia Menteri Pertahanan. Bagaimana kalau dia seniman. Bagaimana, kalau dia gubernur. Gak wajar,” kata Tejo.
Lalu, dia menyoroti fatal lain terkait pertahanan yang paling besar adalah budaya. “Di situ (budaya), sama sekali gak disinggung,” ujar Tejo. (viva)