Surabaya- Domino merupakan permainan penuh strategi menggunakan 28 kartu yang kerap diidentikkan dengan perjudian. Namun kini permainan tersebut diproyeksikan menjadi cabang olahraga.
Minggu (5/3/2023), lebih dari seratus peserta mengikuti turnamen donimo bertajuk Ekspedisi CUP IV. Mereka berlomba menjadi yang terbaik dalam olahraga penuh strategi tersebut.
Panitia turnamen, M Rustham mengatakan, pencetus turnamen tersebut adalah Komunitas Gaple Perak. Turnamen ini rutin digelar sejak 2019.
“Misinya kami di sini silaturahmi. Karena domino ini permainan rakyat. Terus oleh pemimpin kami di Jakarta dibuat wadah yang lebih resmi,” kata Rustham, Minggu (5/3/2023).
Rustham juga menyampaikan, pada 2019 terbentuk Perkumpulan Olahraga Domino Indonesia (Pordi). Hingga saat ini ada 22 pengurus wilayah di seluruh Indonesia. Pordi telah mengantongi badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM.
“Tujuan ini menjadi cabang olahraga. Saat ini kita berjuang untuk masuk di KONI agar nanti masuk di pertandingan seperti PON atau kejuaraan-kejuaraan lainnya. Sehingga image (negatif) tentang domino itu bisa kita kikis. Bahwa Domino ini tidak indentik dengan judi tapi sebenarnya sudah menjadi cabang olahraga,” ungkap Rustham.
Turnamen domino yang digelar di sebuah kafe di Jalan Jakarta, Surabaya ini diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Surabaya, Jakarta, Balikpapan, Bandung, Malang, Situbondo dan berbagai daerah lainnya di Jawa Timur.
Lantas, bagaimana aturan mainnya? domino dimainkan secara berpasangan dan menggunakan rally poin. Sedangkan untuk kategori perorangan, hingga saat ini masih digodok aturannya. Dalam turnamen itu juga ada wasit yang mengawasi permainan.
Ketua Pordi Jawa Timur Muhmmad Alyas mengatakan, pihaknya berharap domino bisa dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) dan juga Porprov.
“Di tingkat nasional, Pordi sudah menggelar Kejurprov yang diikuti oleh pengurus daerah Pordi yang sudah terbentuk,” kata Alyas.
Alyas mengaku yakin, stigma negatif soal domino akan hilang jika permainan itu sudah resmi menjadi cabang olahraga berprestasi. Itu mengapa ia semangat memperjuangkannya.
“Tetapi itulah yang menjadi tantangan dari Pordi. Bagaimana mengubah stigma negatif itu ke yang positif. Dan itu yang kita sosialisasikan. Bahwa yang selama ini gemar bermain domino, sekarang kita tingkatkan lagi. Membina mereka agar mereka memahami domino sebagai olahraga prestasi,” ungkap M Alyas.
Menurut Alyas, domino bisa mengasah mental hingga strategi. Mirip permainan catur.
“Jadi domino itu sama dengan berolahraga, sama dengan bermain catur. Kalau di domino itu menghabiskan kartu dengan poin satu hingga poin tiga bisa. Jadi olah pikirnya itu tidak sekadar kartu habis duluan. Disitulah skill-nya,” tutup Alyas. (sun/fat/detik)