Magelang – majalahbuser.com, Pabrik sabun Lidah Buaya yang berlokasi di jalan Beringin, Kota Magelang kembali wujudkan komitmennya untuk merawat kelestarian habitat yang ada di sungai Gandean pada, Jumat (3/3).
Turut serta dalam kegiatan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Perwakilan Komunitas Pancing, Paguyuban Peduli Bersih Magelang (PPKM), dan pihak Kelurahan yang mewakili warga setempat.
Sebelumnya, warga Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Utara, beberapa waktu lalu sempat dibuat resah oleh banyaknya busa yang mengalir ke sungai, yang berasal dari pabrik sabun Lidah Buaya, yang diduga mengandung bahan kimia.
Pihak Lidah Buaya, yang diwakili oleh Budi Setiyawan, menjelaskan bahwa pihaknya sudah menerapakan sistem pengelolaan air dengan standarisasi yang ada.
“Air yang ada di sini tidak ada yang dibuang keluar pabrik. Air yang ada diolah sedemikian rupa sehingga bisa kembali dimanfaatkan dan tidak ada yang terbuang keluar,” jelas Budi.
Budi menambahkan, beberapa waktu lalu memang ada air yang terbuang keluar, namun itu air yang tidak berbahaya.
“Waktu itu memang ada air berbusa yang terbuang keluar pabrik, itu terjadi karena karyawan baru yang lalai. Dia hanya berfikir kalau air yang tidak berbahaya atau tidak mengandung zat kimia bisa dibuang ke sungai. Padahal sistem pengelolaan air di pabrik ini tidak seperti itu,” terangnya.
Sementara itu pihak DLH yang diwakili oleh, Nur Idham dan Ninuk Sri Mulatin, dari Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Konservasi SDA, mengapresiasi, apa yang dilakukan oleh pihak Lidah Buaya.
“Ini adalah wujud komitmen dari Lidah Buaya untuk tetap menjaga lingkungan yang ada di sekitar pabrik. Sungai memang mempunyai kemampuan untuk merecovery sendiri namun dengan bantuan cairan eko enzim ini, proses recovery akan semakin cepat dan maksimal,” terang Nur Idham.
Ninuk meneruskan apa yang disampaikan Nur Idham, bahwa kegiatan ini menghabiskan sekitar 20 liter cairan eko enzim yang dituangkan di sungai Gandean.
“Hari ini kita menuangkan 20 liter eko enzim, yang kita bagi menjadi 2 tempat. Kalau ditahap awal dulu malah 3 tempat. Karena kita amati, habitat yang ada di sungai itu sudah pulih makanya cukup di 2 titik saja,” jelas Ninuk.
Sementara itu, Nana Paundra dari PPKM berharap apa yang dilakukan pihak oleh Lidah Buaya ini bisa menjadi inspirasi sekaligus perhatian untuk pabrik-pabrik lainnya yang lokasinya berdekatan dengan sungai.
“Semoga aksi perawatan sungai dengan menuangkan cairan eko enzim ini bisa menjadi inspirasi atau contoh untuk pabrik-pabrik yang lainnya, yang lokasinya dekat dengan sungai. Kami dari PPKM akan terus memantau dan mengawasi jangan sampai ada pabrik yang membuang limbahnya ke sungai yang nantinya berdampak rusaknya ekosistem yang ada di sungai itu,” tegas Nana. (hm)