Menteri Sosial, Saifullah Yusuf saat jumpa pers di Graha Unesa, Surabaya, Senin (29/12/2025). (KOMPAS.com/AZWA SAFRINA

Surabaya – Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyebut akan memperbanyak gedung permanen untuk sekolah rakyat pada tahun 2026.

Hal itu disampaikan Gus Ipul dalam jumpa pers acara pra-launching sekolah rakyat dan doa bersama untuk Sumatera di Graha Unesa, Senin (29/12/2025).

Ia menerangkan, saat ini sudah terdapat 166 titik sekolah rakyat di seluruh Indonesia. Sebanyak 104 di antaranya merupakan gedung permanen, sisanya masih gedung sementara.

“Tahun depan untuk sekolah permanen, sekarang ini di 166 titik itu kan baru sekolah rintisan. Gedungnya juga masih gedung sementara,” kata Gus Ipul.

Menurutnya, kendala terbesar yang kerap dihadapi dalam pembangunan sekolah rakyat yakni pemenuhan saranan dan prasarana gedung.

Seperti pasokan air bersih, listrik, hingga infrastruktur belajar mengajar, mulai dari laptop, papan tulis digital, internet, dan lainnya.

“Tapi sekarang sudah bisa dicukupi semua, baik itu sarana prasarana gedung, ya. Alhamdulillah bisa dicukupi secara bertahap,” tuturnya.

Ia menerangkan, sejak diluncurkannya sekolah rakyat pada Juli 2025, terdapat 63 titik sekolah yang dibangun, lalu pada Agustus 2025 terdapat tambahan 37 titik dan 66 titik pada September 2025.

Tiga aspek penilaian

Sementara itu, Ketua Tim Formatur Program Sekolah Rakyat, Mohammad Nuh menyampaikan, ada tiga aspek yang menjadi evaluasi pelaksanaan Sekolah Rakyat selama enam bulan terakhir.

Pertama, berdasarkan aspek fisik dan kesehatan siswa ketika sebelum dan sesudah bersekolah di Sekolah Rakyat.

“Waktu masuk dulu seperti apa, berat badan seperti apa, tinggi badan seperti apa, tingkat kesehatan seperti apa, kebugarannya seperti apa, dan setelah satu semester apa yang berubah,” jelas Nuh.

Kedua, aspek psiko sosial dan talenta siswa yang hasil evaluasinya akan keluar pada Januari 2026.

“Setiap anak itu punya kartu yang namanya talentanya dia. Berangkat dari talenta inilah sebenarnya yang ingin kita kembangkan, tidak hanya dari aspek akademiknya semata, tapi talentanya,” ujarnya.

Ketiga, berdasarkan capaian akademik siswa.

“Contohnya, ada siswa namanya Azril awalnya dia tidak bisa baca tulis karena kondisi tertentu, tapi setelah masuk di Sekolah Rakyat sekarang dia bisa baca tulis, bahkan ranking tiga di kelasnya,” pungkasnya. (kompas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami | Pedoman Media Ciber | Disclaimer