Surabaya – Dosen Teknik Geofisika ITS M Haris Miftakhul Fajar, MEng menjelaskan secara ilmiah soal fenomena aliran pasir tanpa air dari Gunung Semeru. Ada kemungkinan fenomena tersebut adalah grain flow.
Fenomena aliran pasir tanpa air dari Gunung Semeru bikin heboh warganet di medsos. Di dalam video berdurasi 29 detik yang viral, pasir itu tampak mengalir layaknya air tapi bila diperhatikan lebih seksama sebenarnya hanyalah pasir.
Ada beragam komentar warganet menyikapi fenomena aliran pasir tanpa air dari Gunung Semeru. Ada yang merasa ngeri dan ada yang menyampaikan candaan berkaitan dengan fenomena tersebut.
Dosen Teknik Geofisika ITS M Haris Miftakhul Fajar, MEng memberikan penjelasan secara ilmiah soal fenomena aliran pasir tanpa air dari Semeru tersebut. Ada kemungkinan bahwa fenomena tersebut ialah grain flow.
“Kalau memang benar aliran material Gunung Semeru itu tanpa adanya air, maka yang terjadi adalah aliran grain flow yaitu suatu jenis aliran sedimen yang di-trigger (Dipicu) gravitasi dan tumbukan antarbutir pasir yang tidak terikat satu sama lain atau disebut cohesionless,” ujarnya kepada detikJatim, Jumat (16/12/2022).
Butiran pasir yang tak terikat satu sama lain dan saling bertumbukan itulah yang menurut Haris menghasilkan tekanan sehingga butiran pasir vulkanik terus bergerak, bergesekan dengan batuan dasar tempat butiran itu mengalir dan tidak sampai mengendap.
“Tumbukan antar butir ini menghasilkan tekanan dispersif sehingga mencegah terjadinya pengendapan sampai energi kinetiknya mengecil akibat gaya gesek dengan batuan dasar tempat butiran tersebut mengalir,” ujar Haris.
Haris pun mengatakan grain flow sangat mungkin terjadi pada endapan pasir dari Semeru. Terutama bila komponen utama pasir itu dominan pasir yang panas dan sama sekali tidak basah.
“Di Semeru sangat mungkin terjadi aliran ini bila komponen utama didominasi pasir yang panas dan tidak basah. Sehingga antarbutir pasir itu tidak lengket atau tidak terikat satu sama lain,” katanya.
Soal pergerakan pasir yang seperti mengalir itu, Haris mengatakan hal itu didorong oleh sudut kemiringan atau sudut reposisi yang mencapai minimal 30 derajat. Grain flow bisa terjadi pada sudut kemiringan tersebut.
“Beda ceritanya kalau endapannya didominasi bukan pasir, tetapi bongkah dan blok. Yang terjadi adalah guguran awan panas. Aliran grain flow itu tidak secepat aliran awan panas, sehingga pada aliran grain flow tidak sampai menyebabkan abu vulkanik berterbangan,” ujarnya.
Sebelumnya Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jatim Satriyo Nurseno membenarkan terjadinya peristiwa aliran pasir tanpa air di Lumajang tersebut. Peristiwa itu disebutnya terjadi pada Kamis (15/12/2022).
“Menurut informasi dari Agen Bencana Jatim Kabupaten Lumajang, kejadian itu memang benar terjadi,” ujarnya dikonfirmasi detikJatim.
Satriyo menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi pada Kamis sore sekitar pukul 15.00 WIB di sekitaran Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
“Kejadian itu terjadi di Dusun Bondeli, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro sekitar pukul 15.00 WIB,” ujarnya.
BPBD Lumajang menyatakan telah terjadi banjir lahar hujan atau banjir lahar dingin dari Gunung Semeru yang mengalir ke sejumlah daerah aliran sungai (DAS) di hari yang sama terjadinya aliran pasir tanpa air.
Akibat banjir lahar hujan yang bertemu dengan endapan material vulkanik sisa erupsi Gunung Semeru yang masih panas, letusan sekunder terjadi di sepanjang jalur aliran lahar tersebut.
Letusan sekunder itu menimbulkan asap pekat yang membubung. Meski tidak sampai berdampak ke pemukiman warga jalur Lumajang-Malang yang terdampak lahar dingin harus ditutup total. (dte/fat/detik)