Jakarta – Khofifah Indar Parawansa hadir dalam harlah ke-78 Muslimat NU di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Khofifah merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU.
Gubernur Jawa Timur (Jatim) itu menepis anggapan harlah ke-78 Muslimat NU kental dengan muatan politik. Dia mengatakan saat acara berlangsung tidak ada embel-embel maupun simbol politik.
“Kalau orang mau menduga (politisasi), siapa yang bisa menutup dugaan itu? Apa yang ada di dalam proses ini? Apa ada simbol-simbol? Apa ada logo-logo? Atau ada apa yang patut diduga? Kalau misalnya tausiah, rois aam, isinya bagaimana orang ini baik-baik. Kemudian tausiah Ketua Umum PBNU, saya rasa nggak ada sesuatu yang patut dicurigai, kecuali yang hatinya memang sudah curiga,” kata Khofifah seusai acara, Sabtu (20/1/2024).
Khofifah menuturkan kegiatan harlah yang digelardi tengah tahun politik dan proses pencoblosan memiliki potensi kecurigaan.Namun dia menegaskan kegiatan ini sengaja dibuat untuk memanjatkan doa agar proses pemilu berjalan lancar.
“Memang suasananya ini sangat potensial menimbulkan prediksi dan praduga. Tapi saya ingin menyampaikan kepada kita semua betapa bahwa memasuki perhelatan yang sangat strategis 14 Februari, kita butuh doa. Kita butuh zikir bersama. Kenapa zikir? Orang yang berzikir akan ditenangkan hatinya,” kata Khofifah.
Khofifah juga sempat menanyakan ke-NU-annya kepada jemaah Muslimat NU yang hadir. Terkait itu, Khofifah mengaku perlu untuk mendapatkan kesaksian dari jemaah.
“Karena kebetulan itu ramai dan diramaikan gitu, maka kepada warga Muslimat perlu dong saya mendapatkan kesaksian mereka. Kira-kira ke-NU-an saya meragukan atau meragukan? Kan sederhana,” jelas Khofifah seusai acara harlah ke-78 Muslimat NU.
Dia menekankan soal ke-NU-an tidak ada seseorang yang bisa memberikan penilaian. Apalagi sampai ada bentuk takaran terhadap ke-NU-an seseorang.
“Jadi menurut saya, nggak usah kita menekan ke-NU-an seseorang,” tutur Khofifah.
Dalam acara itu juga turut hadir Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam sambutannya, Jokowi mengingatkan agar rakyat Indonesia tidak terpecah gegara beda pilihan dalam pemilu.
“Sebentar lagi kita akan pemilu. Pemilihan presiden dan legislatif. Proses pemilu penting dan menentukan, tapi kita tak ingin gara-gara pemilu, gara-gara beda pendapat, gara-gara beda pilihan kita saling menghujat, tidak boleh. Benar?” kata Jokowi.
“Tidak boleh saling menghina, tidak boleh saling menghujat. Tidak boleh saling menjelekkan,” katanya. (dek/azh/detik)