Jakarta – Kepala BSKAP Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo menargetkan seluruh sekolah sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada 2024.
Hingga saat ini, kata dia, sudah ada lebih dari 80 persen sekolah di Indonesia yang secara sukarela menerapkan Kurikulum Merdeka.
“Di 2024, kita targetkan seluruh satuan pendidikan di Indonesia bisa implementasikan Kurikulum Merdeka,” kata dia dalam keterangannya, Rabu (25/10/2024).
Anindito menjelaskan Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi pendidik dan satuan pendidikan dalam menyusun materi pembelajaran yang sesuai dengan situasi serta kondisi murid dan lingkungannya.
Dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, sebut dia, diharapkan dapat melahirkan anak-anak Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat yang memiliki profil Pancasila.
“Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk merancang kurikulum operasional yang sesuai dengan visi, misi, serta kebutuhan belajar para peserta didik. Fleksibilitas menjadi salah satu faktor penting dalam peningkatan pembelajaran di sekolah,” jelas pria yang akrab disapa Nino ini.
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, lanjut dia, pemerintah menyediakan beragam dukungan. Salah satunya buku teks Kurikulum Merdeka yang hadir dan menjadi bagian dalam transisi PAUD-SD yang menyenangkan dengan menyertakan gambar visual.
Sehingga tidak menyiratkan kewajiban bahwa siswa Kelas 1 SD sudah harus dapat membaca dan calistung.
“Masyarakat yang ingin membaca dan mengunduh buku tersebut secara gratis, dapat mengakses platform Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) melalui link https://buku.kemdikbud.go.id/,” tegas dia.
Kurikulum Merdeka ciptakan generasi unggul
Nino pernah mengatakan, Kemendikbud tengah mentransformasi sistem pendidikan untuk melahirkan generasi unggul yang siap beradaptasi dengan pesatnya perkembangan zaman dan teknologi.
Kurikulum Merdeka merupakan sarana bagi pemerintah untuk mencapai target tersebut.
“Kurikulum Merdeka akan menghasilkan pembelajar sepanjang hayat. Itu kata kunci yang menggambarkan tujuan kita ke depannya dan menghadapi perubahan yang sangat luar biasa,” ucap Nino.
Nino mengaku, perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sangat luar biasa. Agar bisa beradaptasi dengan perubahan, para generasi muda harus dibekali dengan kemauan dan kemampuan untuk terus belajar.
Dalam konteks ini, pelajar tidak hanya mempelajari hal-hal baru.
“Tetapi unlearning juga, jadi membongkar apa yang sudah ada dalam pemahaman kita. Kita harus mempertimbangkan ulang apa yang diyakini,” jelas dia.
Upaya Kurikulum Merdeka untuk melahirkan pelajar Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat terdapat dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Profil Pelajar Pancasila itu sebenarnya adalah skill set, karakter, serta kompetensi yang diperlukan untuk seseorang menjadi pelajar sepanjang hayat,” ungkap dia. (kompas)