Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mengatakan, gunungan lumpur di penampungan ketinggiannya sekitar 15 meter di atas permukaan air laut. Sedangkan ketinggian tanggul penampungan sekitar 11 meter.
BPLS pun melakukan penambahan peninggian tanggul sekitar satu meter lagi, sepanjang dari titik 21 di Desa Siring Kecamatan Porong hingga titik 10 D di Desa Ketapang Kecamatan Tanggulangin.
Melihat kondisi tersebut serta tidak ingin menganggu pekerjaan peninggian tanggul, polisi terpaksa melarang masyarakat yang ingin melihat semburan lumpur dari tanggul.
"Masyarakat yang ingin menonton atau wisata, kita larang dulu naik ke tanggul, karena rawan. Takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Kabag Ops Polres Sidoarjo Kompol Andi Arisandi.
Dari pantauan di lokasi pukul 12.00 WIB banyak warga yang bergerombol di titik 10 D. Polisi pun mendekati warga dan memberikan pemahaman serta diminta turun meninggalkan tanggul.
"Ibu-ibu, bapak-bapak, mohon untuk turun dari tanggul, karena berbahaya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kami mohon turun," teriak petugas kepolisian dari Polres Sidoarjo.
Longsornya Gunungan Lumpur Lapindo Bahayakan Rel dan Jalan Raya
Basahnya lumpur Lapindo di bawah permukaan menjadi penyebab longsornya gunungan lumpur di titik 21 - titik 10 D. Dengan adanya longsoran gunungan lumpur, elevasi lumpur sangat membahayakan rel kereta api maupun jalan raya Porong.
Jika dilihat dari permukaan, lumpur memang terlihat kering. Tetapi permukaan kering itu terbatas hanya sampai kedalaman 40 - 100 cm. Tidak seimbangnya antara permukaan basah dan kering itu menjadikan lumpur longsor untuk mencari titik keseimbangannya.
Karena itu, Kamis (15/9/2011) kemarin, tepat pukul 08.00 terjadi longsor gunungan lumpur di depan pos pantau sampai ke bekas fly over tol Porong (jembatan buntung).
Di titik-titik tertentu bahkan permukaan lumpur lebih tinggi dari tanggul. Jika hujan turun diperkirakan lumpur akan meluber ke rel dan jalan raya Porong. BPLS sendiri belum melakukan tindakan apapun untuk mengantisipasi bahaya yang lebih lanjut.
"Kami masih memantau dan akan memasang papan peringatan bahwa areal tersebut berbahaya. Untuk langkah selanjutnya akan kami diskusikan bersama pejabat BPLS," kata Humas BPLS, Akhmad Khusaeri, Jumat (16/9/2011).
Sementara itu, longsoran gunung lumpur membuat rezeki warga yang menggantungkan diri pada wisata lumpur menjadi seret. Adanya kejadian itu membuat banyak wisatawan menjadi takut mendekat.
"Biasanya bisa dapat Rp 50 ribu sehari, sekarang dapat Rp 20 ribu saja susah," ujar Heru yang biasanya menjadi pemandu wisata lumpur. (detikSurabaya)