Sekitar 32 orang terperangkap. Terowongan yang tertutup itu terletak di sekitar jalan masuk ke area Big Gossan, Mil 74 dari arah Timika, ibukota Kabupaten Mimika.
Mengetahui kenggerian itu manajemen perusahaan itu bergerak cepat. Tim Emergency Response Group (ERG) Freeport dan tenaga bantuan petugas medis Rumah Sakit SOS Tembagapura, karyawan Security and Risk Manajement (SRM) beserta sejumlah anggota polisi dari Polsek Tembagapura berusaha keras mengevakuasi para korban. Evakuasi dilakukan dengan cara menembus sisi lorong lain dari terowongan itu.
Sebagaimana dilansir Reuters, Selasa 14 Mei 2013, hingga pukul 19.00 WIB, ada yang ditemukan dalam sudah tak bernyawa dan sejumlah orang masih belum dapat ditemukan dalam reruntuhan tambang bawah tanah itu. Menurut polisi, dua korban tewas ditemukan setelah evakuasi seharian. "Identitasnya belum diketahui," kata Juru Bicara Polda Papua, Kombes I Fede Sumerta Jaya.
Saat dikonfirmasi, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Rozik B. Soetjipto, belum bersedia menjawab pertanyaan apakah ada korban tewas dalam kejadian ini. Hari ini, katanya, manajemen fokus pada upaya penyelamatan dan evakuasi. "Besok sore (15 Mei 2013) akan ada press conference. Insya Allah akan disampaikan update sehubungan dengan musibah tersebut," kata Rozik saat dihubungi VIVAnews.
Freeport Indonesia dalam keterangan tertulis menyampaikan bahwa sekitar 40 orang karyawan dan pekerja kontrak berada dalam pusat pelatihan tambang bawah tanah saat keruntuhan itu terjadi. Tiga pekerja berhasil meloloskan diri tanpa luka dari lokasi kejadian.
Sementara empat pekerja berhasil dievakuasi oleh tim penyelamat pukul 08:00 WIT dan telah dibawa ke Rumah Sakit Tembagapura untuk evakuasi medis. "Pikiran dan doa kami bersama para karyawan dan keluarga mereka. Prioritas pertama kami adalah pencarian dan upaya penyelamatan dan keselamatan tenaga kerja Freeport," katanya.
Vice President Corporate Communications Freeport Indonesia, Daisy Primayanti menjelaskan longsor terjadi di terowongan fasilitas pelatihan tambang bawah tanah runtuh menimpa sejumlah karyawan. Lokasi longsor berada di tingkat kesulitan yang tinggi sehingga proses penyelamatan membutuhkan waktu.
PT Freeport Indonesia telah melaporkan insiden ini ke lembaga pemerintahan terkait. Termasuk, di antaranya Inspektur Pertambangan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Ia memastikan bahwa longsor itu terjadi jauh dari lokasi produksi utama Freeport Indonesia sehingga tidak mengganggu produksi perusahaan. "Produksi Freeport tetap berjalan normal karena lokasi longsor jauh dari lokasi tambang utama," katanya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga menjelaskan soal peristiwa longsor itu. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan longsor terjadi ketika aktivitas tambang berjalan seperti biasanya. Sekitar 32 pekerja yang berada di bawah tanah pun terjebak dan tidak bisa keluar dari areal tambang di bawah tanah.
Saat ini 5 korban telah berhasil dievakuasi. "Namun masih belum dapat dikonfirmasi status korban itu," katanya.
Kapolda Papua, Irjen Pol Tito Karnavian menjelaskan polisi langsung menutup aktivitas di terowongan Big Gossan dan fokus untuk evakuasi para pekerja yang masih terperangkap.
Dalam evakuasi tersebut, polisi hanya sebatas membantu Freeport, karena perusahaan sudah memiliki sistem penanggulangan bencana yang baik. Hingga kini belum diketahui penyebab terjadinya longsor, apakah akibat kelalaian atau memang bencana. "Sekarang masih fokus dulu untuk evakuasi para pekerja yang terjebak," ujar Tito.
Ini bukan pertama kalinya longsor terjadi di kawasan pertambangan Freeport. Pada 2 Agustus 2011 lalu sekitar pukul 03.00 WIT, area tambang Freeport Indonesia di Tembagapura, Papua longsor akibat hujan lebat yang mengguyur Papua semalaman.
Akibatnya, salah seorang karyawan Freeport warga negara Australia tewas terjatuh ke jurang. Musibah longsor terjadi di Mile 73 area tambang, saat sejumlah karyawan shift malam sedang bertugas.
Longsoran tanah menghempaskan sebuah mobil Ford jenis pick up yang dikemudikan karyawan PT Redpath, Davis Wayne, warga Australia, sehingga ia terjatuh ke dalam jurang sedalam 150 meter.
Freeport Indonesia akan memasuki era penambangan bawah tanah pada 2017 mendatang, Perusahaan menyiapkan investasi hingga US17 miliar (Rp159 triliun) selama 29 tahun (dari 2012 hingga 2041). Freeport telah menyiapkan pertambangan bawah tanah sejak 1998 lalu. (VIVA)