Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Brigadir Jenderal (Brigjend) Dewa Parsana, Selasa (23/8/2011) malam membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan kejadian Senin 22 Agustus 2011 kemarin merupakan buntut dari kejadian pada Sabtu 2 Agustus 2011 lalu.
Menurut Dewa, penyerangan terjadi sekitar pukul 14.00 Wita sebanyak 150-an orang dengan menggunakan lima perahu joloro mendatangi kilang di Tiaka. Tanpa basa basi mereka menyerang aparat yang berjaga di tempat tersebut. Aparat berjaga sekitar 70 orang tak mampu menghalau mereka.
"Mereka datang dan marah-marah tanpa alasan yang jelas. Katanya mau ketemu dengan pimpinannnya yang masih berada di Jakarta. Mereka tidak terima dan merusak peralatan instalasi pipa pengilangan," terang Dewa.
Kapolda menambahkan, diduga mereka menyerang karena sebelumnya, Minggu 21 Agustus 2011, dua orang karyawan JOB Medco yang disandera pengunjukrasa dari desa Kolobawa kecamatan Mamosalato, kabupaten Morowali, Sulteng kabur dari sekapan mereka. Sehingga, pada Senin kemarin mereka mendatangi kilang dan merusak.
Selanjutnya, Dewa menambahkan, setelah pengunjukrasa merusak dengan cara memotong-motong kabel dan meledakkan pipa mereka dipukul mundur. Akan tetapi, mereka menyandera dua orang polisi dan satu dari TNI AL yang berjaga. " Dua polisi dan satu TNI ini kebetulan membawa senjata. Setelah kabur, di tengah laut perahu mereka kehabisan bahan bakar. Salah seorang dari mereka kemudian menghubungi orang perusahaan JOB Medco agar mengantarkan BBM. Kata mereka, kalau tidak keempat orang aparat ini tidak dijamin keselamatannya," ujar Dewa.
Mengetahui ancaman kelompok tersebut, 15 orang dari Brimob Polda Sulteng diberangkatkan untuk mengantarkan solar sekaligus untuk mengambil sandera. Terjadi keributan di laut, akhirnya empat aparat berhasil dievakuasi ke kapal polisi. Akan tetapi, tiga pucuk senapan milik aparat tidak berhasil diselamatkan.
Akibatnya, aksi saling serang tak terelakkan. Dua korban tewas dari pihak kelompok masyarakat. Diketahui keduanya adalah mahasiswa satu orang berasal dari desa Kolobawa, satunya lagi mahasiswa asal Menado yang sudah dipulangkan ke kampungnya.
"Sebenarnya kami juga tidak ingin tembak langsung tapi kondisinya tidak memungkinkan. Mereka memegang tiga senjata. Sebaiknya ini menjadi pengalaman agar masyarakat jangan diprovokatori, akibatnya warga yang menjadi korban," katanya.
Kapolda menyayangkan penyerangan yang dilakukan oleh warga di sekitar kilang Tiaka, mereka meledakkan salah satu pipa beracun. Sehingga, jika dibiarkan dapat menelan korban jiwa yang lebih banyak lagi. Karena alasan itu pula, aparat kepolisian, Koramil dan TNI AL bertindak tegas terhadap pengunjukrasa.
Dari insiden ini, 23 orang diamankan oleh aparat kepolisian, 17 orang diantaranya dari perahu yang digunakan warga menyandera aparat. Adapun enam orang yang terkena luka tembak msing-masing koordinatornya Andri Sondeng (25) terkana tembak pada dada sebelah kanan, Taslim (28) luka tembak pada lengan kanan.
Lainnya, Halik (20) luka tembak pada paha kiri, Jeinuddin (31) luka tembak pada paha kanan, Pahruddin (15) luka tembak pada jari kaki tengah sebelah kiri, Yoarifin (24) luka tembak pada lengan kanan dan Alwi (23) luka tembak pda paha kanan.
Kapolda mengatakan 23 orang yang diamankan saat ini dalam perjalanan menuju Mapolda Sulteg untuk kepentingan penyelidikan dan akan dimintai keterangan. [iaf] (inilah)