Orang yang mendadak jadi basah kuyup di depan umum itu adalah sosiolog senior Universitas Indonesia dan tokoh masyarakat Maluku yang sudah sepuh, Dr. Tamrin Amal Tamagola (66 tahun).
Aksi itu langsung mengundang tanggapan dari banyak kalangan. Banyak yang menilai tindakan Munarman bukan cuma tak patut, tapi juga suatu bentuk tindak kekerasan.
Ketua Panitia Khusus RUU Organisasi Kemasyarakatan Abdul Malik Maramain menilai ulah sang Juru Bicara FPI adalah contoh nyata tindak kekerasan yang kerap dilakukan oleh sejumlah ormas. Karena itulah, diperlukan undang-undang untuk mengaturnya. Salah satu poin krusialnya adalah mengatur ormas-ormas yang kerap bertindak di luar kewenangannya, misalnya melakukan aksi kekerasan, main hakim sendiri, meneror, dan mengancam kebebasan orang lain.
"Fenomena Munarman sudah masuk wilayah teror terhadap kebebasan Pak Tamrin sebagai warga negara. Tak hanya teror, itu suatu bentuk arogansi," Malik mengecam.
Ketua Badan Pengurus SETARA Institute Hendardi menilai aksi Munarman mencerminkan karakter FPI yang sesungguhnya. "Tindakan Munarman tidak lain mencerminkan sikap sesungguhnya dari FPI dan kelompok vigilante. Respons Prof. Tamrin yang tidak meladeni ulah Munarman dan menganggap itu perbuatan preman sudah tepat. Ini adalah kejadian memalukan dan disaksikan oleh jutaan pemirsa yang sedang menonton tvOne,” kata Hendardi.
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Adhie Massardi, melihat Munarman tak dewasa menghadapi perbedaan pendapat. "Kawan saya, Munarwan, orangnya emosional. Sepertinya dia kehabisan akal bagaimana memahami perbedaan pendapat."
Kecaman serupa juga disuarakan anggota Komisi III Bidang Hukum DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari. Menurut Eva, Munarman telah memberikan pendidikan politik yang buruk. Tak bisa mengendalikan amarahnya, dia malah memilih aksi fisik ketimbang beradu argumen. "Soal sela-menyela itu biasa dalam debat," kata Eva.
Asal-muasal teh
Apa yang sebenarnya terjadi sampai Munarman menjadi begitu murka? Dialog pagi itu membahas tentang rencana polisi menindak tegas ormas-ormas yang melakukan sweeping selama bulan Ramadan.
Munarman mengutarakan pendapatnya. Dia mengatakan seharusnya negara adil dan juga menindak mereka yang melanggar hukum seperti menenggak minuman keras dan membuka tempat hiburan di bulan Ramadan. “Kalau negara sudah menindak, maka tidak perlu lagi ada sweeping dari ormas,” kata dia.
Tamrin menimpali. Dia mengatakan sependapat dengan Munarman bahwa negara harus adil dalam melindungi warganya dari tindak kekerasan, apakah di bulan Ramadan atau tidak. “Kalau ada pelanggaran, hukum harus terus ditegakkan. Harus ditindak. Tidak perlu menunggu bulan Ramadan.”
Ketika itulah, Tamrin menuturkan kepada VIVAnews, mata Munarman sudah mulai memandanginya dengan penuh curiga. Munarman semakin tampak tidak suka ketika Tamrin mengatakan, “Keadilan negara untuk melindungi warga semakin urgent setelah SBY menerima World Statesman Award di New York.”
Masih kata Tamrin, Munarman lantas menuduh dia selalu membuat analisa politik yang ngawur dan menyudutkan FPI. Munarman mengatakan tidak ada hubungan antara politik dengan razia bulan Ramadan.
Munarman kemudian mengeluarkan dua lembar kertas berisi berita razia tempat hiburan di Papua oleh warga, dan mengibas-ngibaskannya di depan muka Tamrin.
Suasana memanas. Dua orang itu adu mulut dengan sengit.
“Lalu saya bilang ke Munarman, ‘Munarman dengar, kasih saya kesempatan. Data yang saya pakai tidak sama dengan yang kamu pakai.’ Saya lalu angkat telunjuk dan bilang: ‘Dengarkan!' Saat itulah dia ambil tehnya dan disiramkan ke muka saya,” Tamrin menjelaskan.
Siaran langsung disetop pihak tvOne.
Istri Tamrin menelepon, menangis sesenggukan karena tak terima melihat suaminya dipermalukan begitu di depan umum. Tamrin menenangkan, “Yang mempermalukan diri dan organisasinya adalah Munarman sebagai Jubir FPI. Biar publik yang menilai.”
Usai disiram teh, Tamrin sengaja tidak menyeka wajahnya yang kuyup. "Saya diam saja. Saya biarkan air di muka saya menetes-netes supaya semua orang melihat sampai kamera off. Supaya publik tahu apa yang sebenarnya terjadi," ujar Tamrin.
Tantangan Munarman
Soal insiden ini, kepolisian mempersilakan Tamrin untuk melapor. "Yang jelas, apabila ada yang dirugikan, siapapun, silakan melapor," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Pol. Rikwanto. "Silakan yang bersangkutan, yang merasakannya. Namun, apakah yang bersangkutan akan melapor atau tidak itu haknya.”
Direktur SETARA Institute, Hendardi, menyatakan siap mendampingi Tamrin jika ingin memproses aksi Munarman ke jalur hukum. "Kami mendukung sepenuhnya apabila Prof. Tamrin bermaksud memperkarakannya secara hukum," kata dia.
Kepada wartawan, Munarman menegaskan dia tidak takut bila Tamrin membawa masalah ini ke jalur hukum. "Silakan saja ambil langkah hukum, silakan dia mau menuntut ke mana saja. Memangnya saya takut masuk penjara?" kata Munarman, sesumbar.
Dia menilai Tamrin tidak sopan, berkomentar di luar konteks perdebatan dan tidak membiarkannya berbicara secara bebas. "Itu bukan soal perbedaan pendapat. Saya lagi ngomong dibentak disuruh diam. Sopan nggak itu?" kata Munarman, kesal.
Tantangan Munarman tak diacuhkan Tamrin.
Sosiolog gaek ini mengatakan tidak akan melaporkan Munarman ke kepolisian. "Saya tidak mau melayani preman. Saya tidak akan balas tindakan bercorak preman itu dengan tindakan yang sama. Kalau saya balas, maka saya dan Munarman sama-sama preman," kata Tamrin, pedas. (viva)