Aksi ini akan dilakukan karena ia menilai Presiden SBY masih buruk dalam memimpin pemberantasan korupsi.
"Saya akan lakukan aksi revolusi lanjutan nanti di Istana Negara jika pemimpin negara ini masih saja bertahan dengan kinerjanya yang bobrok," kata Arifin Wardianto, Jumat (16/9/2011).
Tidak hanya itu, aktivis yang pernah melakukan aksi merantai tubuhnya di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini, juga mengajak semua elemen masyarakat untuk memerangi praktek mafia hukum dan korupsi yang marak di Tanah air.
"Semua elemen masyakat harus turut melakukan aksi revolusi di Indonesia. mereka harus memerangi para mafia hukum di negeri ini. Dengan cara apapun, yang pasti tanpa ada penunggangan dari pihak manapun. Jangan mau dijajah oleh bangsa sendiri. Kita harus bisa bangkit melawan itu semua," kata Arifin dengan semangat.
Perlu diketahui, dalam sepak terjangnya di dunia aktivis, selain sering membongkar kasus hukum di berbagai daerah, Arifin juga sudah berkali-kali melakukan aksi revolusi nekat yang tak kalah hebohnya dengan aksi silet dahi di KPK.
Diantaranya, aksi mogok makan di depan kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tahun 1998, aksi merantai tubuh di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tahun 2007, aksi merantai kaki dan tangan di halaman gedung KPK tahun 2010 lalu. Dan terakhir aksi penyiletan kepala di hakaman gedung KPK.
"Saya selalu melakukan aksi tersebut sendiri , karena saya tidak mau ada yang menunggangi. Saya ingin bebas mempertahankan idealisme. " ujar Arifin.
Arifin Wardiyanto Berniat Keluarkan Isi Perutnya di KPK
"Jika cutter tidak direbut petugas kemanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), saya berniat mengeluarkan isi perut. Saya rela bertaruh darah demi kebersihan negeri ini dari para koruptor, mafia peradilan, dan sejenisnya. Darah saya adalah darah merah putih."
Demikian kalimat yang ditegaskan Arifin Wardiyanto (54), aktivis antikorupsi dan antimafia peradilan independen, yang melakukan aksi silet dahi di depan gedung KPK, Kamis (15/9/2011) siang. Laki-laki kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 25 Mei tersebut ingin adanya revolusi hukum di negara ini.
"Aksi yang saya lakukan di depan gedung KPK kemarin untuk mengajak semua elemen masyarakat bertindak melakukan revolusi bagi bangsa ini. Tindakan nyata perlu dilakukan, jangan hanya seminar dan demo enggak jelas," ujar mantan Kepala Cabang Telkom Bantul, Kulonprogo, dan Gunungkidul ini kepada, Jumat (16/9/2011) sore.
Ia pun menceritakan, kenapa kakinya juga dirantai sebelum menyilet dahi. Menurutnya, aksi merantai kaki tersebut sebagai simbol pelaku tindak korupsi yang tidak bisa lari meski kedua tangannya bebas mencomot rupiah di sana-sini. Selain itu, ia merantai kaki agar petugas kemanan KPK tidak bisa mengangkut atau mengamankannya.
"Makanya saya tidak diciduk, karena kedua kaki diikat rantai. Namun setelah itu, Humas KPK bersedia menemui saya dan melakukan dialog selama setengah jam. Saya yakin, semua ini berkat pertolongan Tuhan," tuturnya. (Tribunnews)